Ulama Disarankan Ikut Operasi Lawan Teroris
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA - Aksi terorisme saat ini menjadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, memerlukan penanganan yang luar biasa dan melibatkan seluruh unsur masyarakat di tanah air.
Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengatakan para provokator teroris yang mencuci otak orang yang ditarget untuk direkrut sebagai teroris, kerap menggunakan dalih agama untuk memengaruhi calon teroris. Maka dari itu, para mubalig dan tokoh agama perlu dilibatkan untuk melawan mereka.
"Kalau mau operasi gabungan untuk melawan ini sekarang yang urgen, gabungan dari Kementerian Agama, dari ormas-ormas mainstream seperti NU, Muhammadiyah dan ormas lain. Kemudian para dai dan mubalig. Jadi koordinatornya BNPT itu, punya dasar hukum. Bisa merekrut masyarakat masuk dalam satgas dan difasilitasi oleh pemerintah," kata Ansyaad dalam diskusi bertema pemberantasan Terorisme, Legislasi, Tindakan Polisi, dan Deradikalisasi, di Warung Daun, Cikini, Sabtu, 26 Mei 2018.
Menurut Ansyaad, saat ini para perekrut teroris menggunakan ajaran yang sebetulnya bertentangan dengan ajaran agama manapun. Para teroris kerap menggunakan ajaran Islam untuk melakukan cuci otak dan melakukan aksi teroris yang sebetulnya aksi tersebut bertentangan dengan agama Islam. Maka dari itu para ulama harus dilibatkan untuk melawan teroris tersebut.
"Ini yang seharusnya ulama kita bisa bangkit bekerja sama dengan pemerintah. Dari Polri, dari intelijen, dengan TNI segala macam untuk melawan ini dan tidak bisa dengan cara ISIS as usual," ujar purnawirawan polisi berpangkat Inspektur Jenderal itu.
Para ulama diharapkan dapat meluruskan ajaran yang salah yang disampaikan oleh teroris. Selain itu, para ulama juga diharapkan mampu disebar ke berbagai macam kelompok pengajian untuk melawan doktrin kaum teroris yang merupakan ajaran menyimpang dari ajaran Islam.
"Kita harus lihat caranya mereka (teroris), itu tausiyah di majelis talim di kelompok termasuk kelompok pegawai negeri di BUMN bahkan di markas-markas TNI-Polri mereka masuk. Di masjid, di musala, mereka masuk. Sedangkan kalau kita hanya seperti biasa, hanya secara normatif, ini tidak apple to apple. Inilah ancaman yang harus kita hadapi bersama," ujar Ansyaad. (ren)