Misteri Pijar Merah, Tanda Proses Erupsi Gunung Merapi
- Dokumen BPPTKG
VIVA – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta kian memantau aktivitas Gunung Merapi, setelah statusnya dinaikkan dari Normal level I ke Waspada level II.
Menurut Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, telah dilakukan perbandingan hasil analisis material yang dilontarkan Gunung Merapi saat terjadi letusan freatik. Pada 11 Mei 2018 dan pada 21 Mei 2018, pukul 02.59 WIB.
Dari analisis itu, ditemukan bahwa material yang dimuntahkan dari dapur Gunung Merapi berbeda jenisnya. Pada letusan 21 Mei 2018 terdapat material dengan kadar asam yang lebih tinggi dari material letusan yang disemburkan pada 11 Mei 2018.
"Hasil analisa ini menunjukkan bahwa material tersebut adalah material-material baru yang berasal dari dalam perut Gunung Merapi, bukan material-material lama yang berada di permukaan," katanya, Jumat 25 Mei 2018.
Hanik menjelaskan berdasarkan hasil analisa tadi, maka ada indikasi terjadi proses awal magma menuju ke permukaan. Meski begitu, ini perlu ditambah dengan pengamatan lain seperti data tingkat deformasi, seismik dan pengamatan visual untuk memperkuat indikasi tersebut. Â
"Ada indikasi letusan pada tanggal 21 Mei 2018 merupakan proses awal magma menuju ke permukaan," katanya.
Petugas memantau aktivitas kondisi Gunung Merapi (22/05/18)
Lebih jauh, lanjut Hanik, letusan pada tanggal 21 Mei 2018 diindikasikan menuju proses awal letusan magmatik. Hal ini mengacu pada penelitian material-material yang dilontarkan pada letusan kemarin.
"Namun indikasi ini masih perlu diperkuat dengan proses pengamatan deformasi, seismik dan visual agar mendapatkan kesimpulan yang lebih valid," katanya lagi.
Selain itu, BPPTKG melihat ada tanda-tanda ada deflasi atau pengosongan saluran magma di Gunung Merapi. Karena itu, terlihat kemunculan awan pijar merah yang mejadi proses pembersihan saluran untuk keluarnya magma.
Penampakan Merapi meletus dari Pesawat AirAsia.
Berdasarkan penelitian tersebut, kondisi Merapi saat ini masih dalam kondisi Waspada level II. Radius 3 km dari puncak Gunung Merapi tidak diperkenankan untuk aktivitas penduduk. Guna mengurangi dampak abu, masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan diharapkan menggunakan masker.
"Masyarakat yang bermukim di sekitar Gunung Merapi diharapkan untuk selalu meningkatkan kesiapsiagaan dan mengantisipasi dampak bahaya abu vulkanik," kata Hanik. (ren)