Merapi Erupsi, Penerus Mbah Marijan Tak Punya Ritual Khusus
- Dokumen BPPTKG
VIVA – Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 lalu membuat publik mengenal sosok Mbah Maridjan sebagai juru kunci Gunung Merapi. Mendiang Mbah Maridjan juga diketahui menjadi salah seorang korban meninggal akibat terkena wedhus gembel di tempat tinggalnya di Dusun Kinahrejo.
Sepeninggal Mbah Maridjan, juru kunci Merapi dipercaya kepada Mbah Asih. Sosok Mbah Asih tak lain merupakan salah seorang putra Mbah Maridjan.
Berbeda dengan ayahnya yang sering melakulan ritual doa naik ke Gunung Merapi ketika dinyatakan bebas dari aktivitas penduduk. Namun, pria bergelar Mas Kliwon Suraksohargo Asihono itu justru mengaku tidak ada ritual khusus ketika Gunung Merapi sering erupsi.
"Kalau ritual khusus itu ndak ada meski Gunung Merapi sering meletus akhir-akhir ini," kata pria yang akrab disapa Mbah Asih, Kamis 24 Mei 2018.
Pria yang kini tinggal di Karangkendal, Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta mengaku meski tak ada ritual khusus namun mengaku mengajak masyarakat di tempat tinggalnya untuk bermujahadah. Selain itu, secara umum ia mengajak masyarakat untuk memanjatkan doa kepada Tuhan agar senantiasa diberi keselamatan.
"Kita akan berdoa dengan warga agar wilayah di lereng Merapi dan Yogyakarta terhindar bahaya Merapi," jelasnya.
Mbah Asih. VIVA.co.id/Daru Waskita
Menurut dia, dirinya sekitar dua minggu yang lalu juga telah mendapat pesan dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X. Pesannya agar Asih selalu menjaga Gunung Merapi.
"Sri Sultan dua minggu lalu (berpesan) ya cuma pesannya gini untuk titip itu (Merapi) dijaga," ujarnya.
Mbah Asih pun berharap agar erupsi Gunung Merapi tidak sampai pada Erupsi Magmatik agar masyarakat bisa beraktivitas kembali, dan ekonomi masyarakat tidak kacau.
"Jangan sampailah erupsi magmatik karena jelas akan mengganggu ekonomi keseharian masyarakat. Ya mudah mudahan tidak terjadi," katanya.