Ada Kerangka Manusia Berusia 3.000 Tahun, Begini Bentuknya

Kerangka manusia purba berusia 3.000 tahun
Sumber :
  • VIVA / Dani Randi (Banda Aceh)

VIVA – Balai Arkeologi Medan, Sumatera Utara kembali menemukan kerangka manusia purba yang diduga telah berusia 3.000 tahun di kaki bukit Mandale, Takengon, Aceh. Dua kerangka itu kondisinya masih utuh. Hanya saja tengkorak kepalanya agak hancur.

Fosil Janin Manusia yang Lahir Cacat Ditemukan

Koordinator peneliti Balai Arkeologi Medan Ketut Wiradnyanya mengatakan, dua kerangka itu terkubur dan tertindih batu. Dengan kondisi kaki terlipat.

“Kondisi tengkoraknya rusak, tapi kerangkanya relatif utuh. Yang menarik ini arah adatnya barat timur kemudian dikelilingi periuk-periuk bekal kubur di atas di badannya,” ujar Ketut saat dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu malam, 19 Mei 2018.

Kerangka Nenek Moyang Manusia 'Little Foot' Dipamerkan

Tim menemukan fosil manusia purba pada Rabu, 16 Mei 2018 lalu. Setelah melakukan penelitian sejak 8 Mei dan akan berakhir hingga 30 Mei 2018 mendatang.

Ketut menjelaskan, timnya menemukan kerangka itu dengan kedalaman sekitar 50 centimeter (di atas lapisan neolitik). Ia menduga, lokasi tersebut sebagai tempat kuburan dan diyakini masih ada kerangka lain di sekitar penemuan itu.

Nyoblos di TPS yang Sama, Andika-Hendrar Bakal Keliling Pantau Penghitungan Suara

Meski bukan yang pertama kali ditemukan di Tanah Gayo, Aceh, menurut Ketut kerangka ini berbeda dengan penemuan fosil sebelumnya, yang ditemukan di ceruk Mandale dan Ujung Karang, Takengon pada beberapa tahun silam.

Menurut ketut, yang membedakan dengan penemuan sebelumnya ialah cara penempatan mayatnya. Kalau sebelumnya mengarah ke Timur – Barat, yang terakhir ditemukan justru kebalikannya, mengarah ke Barat – Timur.

Ia berpendapat, dari konsepsi yang berkembang sejauh ini, dua kepala kerangka yang mengarah ke Barat itu, mengindikasikan bahwa ketika mereka bangun langsung berhadapan dengan matahari. Namun, ia belum mengetahui pasti soal makna tersebut.

“Tapi dua-duanya itu kepalanya di Barat. Atau karena mereka di Barat tetap dia orientasinya berpikir ketika mereka bangun sudah langsung melihat matahari dan langsung melihat asalnya, kan bisa juga begitu etos kehidupan, tapi kita belum tahu pasti,” ucapnya.

Dia menjelaskan, pemaknaan itu bisa saja terjadi atas perkembangan religi atau pemaknaan peletakan mayat yang sudah berkembang saat itu. “Tapi banyak intepretasi tentang itu,” ujarnya.

Perbedaan lainnya ialah lokasi ditemukannya dua kerangka manusia purba itu. Lokasinya terdapat aktivitas penguburan dan di sekelilingnya banyak terdapat proton-proton yang jarang dijumpai oleh timnya.

Persamaan dengan yang ditemukan pada sebelumnya, di dekat fosil juga ditemukan pecahan gerabah bercat merah yang gambarnya mirip gerabah dari Banchiang, Thailand.

Banyak tim yang dilibatkan dalam ekspedisi kali ini, termasuk tim geologi dan tim dari Universitas Airlangga untuk mengetahui nilai penting dari situs ini bagi pemerintah dan masyarakat setempat. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya