Din Ingatkan Operasi Intelijen dalam Gerakan Terorisme
- Nur Faishal/Surabaya
VIVA - Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin mengakui ada faktor ideologi dalam gerakan terorisme. Akar ideologinya adalah Al Khawarij, sampai kemudian muncul aliran-aliran dan kelompok-kelompok baru.
"Memang ada embrio itu," kata Din dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILS) pada Selasa, 15 Mei 2018, lalu.
Namun, ideologi itu bukan faktor tunggal karena dalam perkembangannya, paham-paham keagamaan di umat Islam itu dipengaruhi latar sosial, ekonomi, politik, dan kesenjangan. Kemudian masalah-masalah global.
"Selama penyelesaian masalah Palestina dan Israel, terutama ketika terjadi agresi, invasi di dunia Islam, akan semakin banyak radikalisasi di kalangan umat Islam. Tidak hanya di luar sana tapi juga di Indonesia," kata Din lagi.
Din menegaskan dirinya tidak bisa diyakinkan untuk berubah pendapat bahwa Al-Qaedah itu buatan. Dia merujuk pada buku Peter L Berger, seorang analisis senior dalam bidang kontra terorisme yang ditulis jauh sebelum tragedi 11 September di Amerika Serikat.
"Luar biasa informasi di buku itu. Betapa ada operasi intelijen dari negara Adi Kuasa yang merekrut sampai 24 ribu anak muda muslim dari banyak negara termasuk Indonesia dan direkrut untuk berjihad melawan Uni Soviet di Afganistan," ujar Din.
Di Indonesia, lanjut Din, sebagian dari mereka yang ikut dalam gerakan itu kemudian pada akhirnya menjadi pelaku bom Bali I dan II. Hal yang sama juga terjadi bagi negara lain, termasuk Osama Bin Laden.
"Ini tidak bisa pisahkan dari rekayasa global, yang sesungguhnya ingin menghancurkan umat islam dan dunia islam. Sayangnya ada embrio kekerasan dari pemahaman yang sempit dan salah dari sebagian umat Islam," lanjut Din.
Selanjutnya, Din mengungkapkan bahwa dalam kampanye presiden di AS waktu itu, Hillary Clinton, mengaku AS ikut menciptakan ISIS. "Ini bukan omong saya tapi ada buktinya. Maka ISIS itu bukan Islam. Itu yang saya sebut self claim Islamic terorism, diklaim tetapi sebenarnya ada pemain-pemain," tuturnya.
Gerakan ISIS kemudian merambat ke Indonesia, dan asia tenggara. Karena itu, Din berharap agar faktor-faktor non ideologi itu juga diberi perhatian.
"Saya tidak punya data di tangan tetapi kalau mau melihat, mohon maaf umat Islam Indonesia sudah kenyang dengan perekayasaan seperti komando jihad. Seolah-olah kalangan Islam demi berjihad, tapi sudah ada disertasi tentang itu dan ada lagi kejadian-kejadian lain. Maka oleh karena itu, mari bersama-sama, saya termasuk yang sangat geram juga, gusar juga, mengapa terjadi dan terjadi lagi. Kita dukung Polri, kita dukung negara, namun mungkinkah ada ya umpamanya mempertimbangkan suara-suara dari masyarakat," kata Din.