Sensitif Ledakan, Warga Surabaya Diimbau Tak Main Petasan
- ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
VIVA – Polisi mengeluarkan maklumat berisi imbauan agar warga Surabaya tidak membuat, menjual dan bermain petasan, seperti biasa terjadi tiap Ramadan. Imbauan dikeluarkan menghindari keresahan akibat suara ledakan petasan setelah serangan bom bunuh diri pada akhir pekan lalu.
Maklumat Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya itu bernomor MAK/1/V/2018 tentang Larangan Menyalakan Petasan. Ada empat poin tertulis dalam maklumat, poin kedua berbunyi: "Dampak suara ledakan petasan dapat menyebabkan trauma psikis, keresahan dan mengganggu ketenangan serta korban jiwa pada masyarakat."
Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Polrestabes Surabaya, Ajun Komisaris Polisi Chintya Dewi Ariesta, mengatakan bahwa maklumat larangan menyalakan petasan itu bersifat imbauan. "Karena yang berwenang melakukan penegakan itu Pemerintah Kota Surabaya," katanya kepada VIVA pada Kamis, 17 Mei 2018.
Penegakan hukum terhadap pembuat, penjual maupun warga yang menyalakan petasan, kata Chintya, dilakukan berdasarkan peraturan daerah Kota Surabaya. Karena itu, Kepolisian hanya mengimbau dan tidak melakukan operasi petasan. "Kita koordinasi dengan Pemerintah Kota Surabaya," katanya.
Chintya mengakui, selain mencegah timbulnya korban luka atau bahkan jiwa, imbauan tidak menyalakan petasan dikeluarkan agar tidak menimbulkan trauma psikis masyarakat dari suara ledakan petasan. Setelah peristiwa bom bunuh diri yang menyerang Kota Surabaya di empat lokasi, warga sensitif terhadap suara ledakan. "Ada suara benda jatuh saja kaget," katanya.
Kota Surabaya diteror ledakan bom bunuh diri pada Minggu dan Senin, 13-14 Mei 2018. Serangan pertama menyasar tiga gereja di lokasi berbeda oleh enam orang terduga teroris satu keluarga. Selain belasan warga, enam pelaku semuanya tewas di lokasi kejadian.
Serangan kedua menyasar Markas Polrestabes Surabaya pada Senin pagi, 14 Mei 2018. Pelakunya juga satu keluarga. Empat terduga tewas dalam bom bunuh diri itu, sementara anak terduga yang paling kecil jadi korban luka. Selama dua hari itu, suasana Surabaya, terutama di sekitar kejadian tampak mencekam. (ase)