Aksi Teror Mako Brimob hingga Surabaya Wujud Balas Dendam
- VIVA/Zahrul Darmawan
VIVA – Kapolri Tito Karnavian menyatakan bahwa adanya aksi terorisme beruntun yang terjadi mulai di Mako Brimob hingga Surabaya dan Sidoarjo, adalah reaksi balas dendam dan pengalihan yang dilakukan oleh kelompok teroris yang berafiliasi dengan ISIS atau ISIL.
Tito mengatakan, setelah ISIS terdesak di Suriah dan Irak, pemimpin ISIS Abubakar al-Baghadadi memerintahkan agar kelompok dan simpatisannya bergerak di berbagai wilayah masing-masing. Hal itu perlu dilakukan, untuk mengalihkan perhatian terpusat menghabisi ISIS di dua negara yang pernah diklaim ISIS pada 2014 tersebut.
Sementara itu, dari Indonesia disebut setidaknya ada tiga yang menjadi channel ISIS dan merupakan pemimpin kelompok teror di Indonesia, yakni JAD. Mereka kemudian menerjemahkan masing-masing wilayah yang layak diserang.
"Tahun 2014 ISIS men-declare maka kelompok ini (di Indonesia) men-declare menjadi Jamaah Ansharut Tauhid dan menjadi JAD. Ternyata, kelompok ini membuat struktur juga. Di atas Amir (nya), Aman Abdurrahaman dan ada cabang-cabangnya mudiriah dan fiyah fiyah," kata Tito Karnavian dalam Indonesia Lawyers Club (ILC) yang bertajuk "Tragedi Mako Brimob dan Surabaya, Duka Kita Duka Bangsa" di tvOne, Selasa malam, 15 Mei 2018.
Kapolri mengatakan, para anggota kelompok teror juga melakukan serangan sebagai wujud balas dendam dan marah, karena satu per satu pemimpin mereka ditangkapi oleh polisi, termasuk Aman Abdurrahman.
"Di tingkat lokal-lah yang menerjemahkan itu. Zainal Anshori ditangkap, maka kendali di Jatim di bawah kendali AU dan dia (sudah) ditangkap di Malang. Mereka melakukan improvisasi lakukan aksi, baik rutan Brimob maupun di Surabaya," lanjut Tito.