Jawaban Polisi Soal Viral Video Pria Bersarung Dirazia
- Youtube
VIVA – Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto menanggapi video viral di media sosial terkait anggota Brimob Polda Jawa Timur, yang meminta orang yang dianggap dicurigai untuk menggeledah kardus dan tas yang dibawanya.
Namun, orang tersebut marah dan mengeluarkan isi bawaannya dengan dengan cara dihambur-hamburkan yang ternyata hanya berisi pakaian.
Setyo mengatakan, seharusnya masyarakat yang dianggap dicurigai oleh anggota dapat memaklumi dan mengikuti perintah anggota.
"Mohon maaf kepada masyarakat yang disetop, dimintai keterangan, dan ditanya seharusnya kooperatif kalau dia tidak punya masalah," kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa 15 Mei 2018.
"Karena yang viral sampai buang buang isi tas. Sebetulnya tidak perlu begitu. Kalau dia tidak punya masalah, buka saja dan mempersilahkan," Setyo menambahkan.
Dalam video tersebut, memang terlihat anggota meminta orang tersebut membuka barang bawaannya dengan perintah dari jarak jauh.
Menurut Setyo, hal tersebut lantaran anggota tak berani mendekat, karena takut akan terjadi hal- hal yang tidak diinginkan dan perlu kewaspadaan.
"Anggota enggak berani mendekat, karena kalau mendekat tiba-tiba itu bom, kita harus waspada juga," ujar Setyo.
Setyo menambahkan, anggota tak boleh meremehkan, apa yang kini tengah terjadi terkait teror bom yang juga berdampak kepada masyarakat luas.
Setyo mencontohkan kejadian di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, salah satu anggota ternyata ditusuk pisau hingga meregang nyawa, setelah dianggap mencurigakan.
"Kita tidak boleh underestimate juga, karena faktanya yang di Mako Brimob dia (pelaku teror) dicek di badan, di tas enggak ada senjatanya. Ternyata, sajamnya diletakan di bawah kemaluan. Artinya, apa? Kita tidak boleh underestimate," kata Setyo.
Lebih lanjut, jenderal bintang dua ini pun menegaskan, anggota yang melakukan pengamanan di setiap wilayah tak pernah melihat orang yang dicurigai hanya memiliki ciri-ciri tertentu. Namun, semua itu dari intuisi anggota yang memang orang tersebut dianggap perlu dicurigai.
"Kadang-kadang, intuisi seorang petugas yang jalan. Oh, ini orang bermasalah dan tidak. Kalau kami katakan SOP-nya apa pak? Orang bersarung gitu, oh tidak bisa. Orang dengan ciri-ciri badan tertentu tidak menjamin. Jadi, jangan dinilai identitas, tetapi ini adalah yang memang terkait aksi teror itu sendiri," kata Setyo. (asp)