Kisah Hidup Anak-anak Pembom Dikurung dan Didoktrin
- Repro Instagram
VIVA – Fakta baru terungkap dalam penyelidikan kasus peledakan serangkaian bom di wilayah di Kota Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur. Fakta baru itu tentang kisah hidup anak-anak pelaku peledakan.
Yakni, satu anak pelaku peledakan di Markas Polres Kota Besar Surabaya dan tiga anak pelaku ledakan bom di Rumah Susun Wonocolo, Kecamatan Taman, Sidoarjo.
Menurut Kepala Polda Jawa Timur, Irjen Pol Machfud Arifin, berdasarkan penyelidikan, ternyata selama ini anak-anak para pelaku tidak pernah mengenyam pendidik di sekolah umum atau pun homeschooling.
Malahan selama ini anak-anak itu dikurung di dalam rumah dan dilarang untuk berinteraksi dengan masyarakat.
Selama di rumah, kedua orang tua anak-anak itu selalu mendoktrin mereka dengan keyakinan tentang perbuatan yang mereka anggap benar, yakni melakukan pemboman.
"Dari kehidupan sehari-hari semua anak-anak pelaku tidak ada yang sekolah dan mereka didoktrin dikungkung dalam rumah," kata Kapolda seperti dilansir di situs resmi Polda Jatim, Selasa, 15 Mei 2018.
Dan diketahui, para pelaku ledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo selalu mengadakan pengajian setiap pekan pada hari Minggu.
"Ibu dan bapaknya punya peran penting mendoktrin anak-anak pelaku dan hanya 1 anak dari pelaku Sidoarjo yang ikut neneknya sekolah di sekolah umum dan tidak ikut orangtuanya," katanya.
Saat ini satu anak pelaku peledakan bom Surabaya dan tiga anak pelaku pemboman di Sidoarjo, masih dalam perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim.
Untuk diketahui, peledakan bom terjadi secara beruntun sejak hari Minggu, 13 Mei 2018. Peledakan beruntun awalnya terjadi di tiga gereja di Kota Surabaya, selanjutnya bom meledak lagi pada Minggu malam di lantai lima Rusun Wonocolo dan keesokan harinya, Senin, 14 Mei 2018, bom meledak lagi di Mapolrestabes Surabaya.
Baca: Bagaimana Anak Kecil Ini Lolos dari Ledakan Bom Surabaya