Densus Buru Dua Pencuci Otak Pelaku Bom Surabaya
- bbc
VIVA – Tim Datasemen Khusus 88 Antiteror bersama anggota Kepolisian Daerah Jawa Timur, sedang melakukan pengejaran dan penindakan terhadap jaringan pelaku bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo. Salah satu yang saat ini diburu adalah guru ideologi dari Dita Oepriarto.
Sementara ini Densus sudah menindak dan menangkap 13 terduga teroris jaringan Jemaah Ansarut Daulah (JAD) Surabaya. Semuanya adalah jaringan yang sama yang melakukan aksi di Surabaya dan Sidoarjo.
Empat terduga pelaku ditembak mati karena melakukan perlawanan. Tapi jumlah itu hanya dari penindakan yang dilakukan polisi di Surabaya dan Sidoarjo sepanjang hari Senin kemarin, 14 Mei 2018, dan belum termasuk penindakan di Malang dan Pamekasan.
"Pelaku Surabaya dan Sidoarjo ini satu lingkaran, biasa bertemu dalam satu pengajian di Rungkut," kata Kepala Polda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin, di Polda Jatim Jalan A Yani Surabaya pada Selasa, 15 Mei 2018.
Sampai saat ini, Densus masih terus melakukan pengejaran terhadap terduga lain yang sudah melarikan diri. "Masih ada penangkapan-penangkapan," katanya.
Machfud mengakui, ada dua terduga utama yang saat ini sedang diburu Densus 88. Kedua orang itu adalah ideologi terhadap Dita dan kelompoknya.
"Ada dua yang saya berharap bisa segera ditangkap, apakah termasuk yang sudah ditangkap, saya belum tahu," katanya.
Seperti diketahui, empat serangan bom bunuh diri dan satu ledakan terjadi di Surabaya dan Sidoarjo. Kejadian pertama di tiga gereja yang lokasinya berbeda di Surabaya pada Minggu pagi, 13 Mei 2018.
Aksi ini dilakukan oleh enam orang, yakni pasangan suami istri Dita Oepriarto dan Puji Kuswati dengan mengajak empat anaknya. Dua usia remaja YF dan FH, kemudian dua masih di bawah umur FS dan FR. Satu keluarga itu semuanya tewas dalam aksi bom bunuh diri.
Kejadian kedua pada Minggu malam di Rusunawa Wonocolo, Taman, Sidoarjo. Bom meledak di kamar pelaku bernama Anton. Ia, istri, dan seorang anaknya meninggal di lokasi. Dua anaknya yang lain hanya mengalami luka-luka dan kondisinya kini membaik. Adapun anaknya yang paling besar tidak berada di lokasi karena tinggal bersama neneknya.
Sementara pelaku bom di Mapolrestabes Surabaya pada Senin, 14 Mei 2018, dilakukan oleh pasutri Tri Murtiono (50) dan Tri Ernawati (43). Ia mengajak tiga anaknya, Muhamad Daffa Amin atau MDA (19), MDS (15) dan AAP (8). Dari kejadian itu, hanya AAP yang selamat karena terpental setelah ledakan pertama. Korban masih menjalani perawatan di rumah sakit. (ase)