Putri Bomber Polrestabes Korban Doktrinasi Orangtuanya
- REUTERS/Beawiharta
VIVA – Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera menyebutkan, AAP (8 tahun), putri terduga pelaku bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, Jawa Timur, sebagai korban bukan pelaku.Â
Anak kecil yang dibopong anggota Polri sesaat setelah ledakan itu merupakan korban doktrinasi orangtuanya.
"Tadi Bapak Kapolda Jawa Timur (Irjen Polisi Machfud Arifin) menginstruksikan agar anak itu harus diselamatkan, karena dia anak-anak adalah korban doktrinasi daripada orangtuanya," kata Frans, di Surabaya, Selasa, 15 Mei 2018.Â
Lantaran itu, menurut Barung, perawatan terhadap AAP diintensifkan untuk memulihkan kondisi fisiknya. Tim psikologi juga dikerahkan untuk memulihkan kejiwaan korban kelahiran Surabaya, 6 Agustus 2010 itu. "Perawatan terhadap anak ini diintensifkan," ujar Barung.Â
Dia tidak menjelaskan secara rinci kondisi terkini AAP. Informasi diperoleh VIVA, ada luka lecet di bagian tubuhnya dan tidak cukup parah. Pada Senin malam, 14 Mei 2018, Barung mengatakan, adalah sebuah keajaiban AAP bisa selamat dan tidak mengalami luka parah. "Ada campur tangan Tuhan," katanya.Â
Lihat Video Detik-detik Anak Kecil Bangun dari Ledakan Bom
AAP adalah anak terakhir dari pasangan TM (50) dan TE (43). Dua anak laki-laki pasutri itu atau kakak AAP, adalah MDA (19) dan MDS (15). Selain AAP, mereka semua tewas di lokasi dalam aksi bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya, pada Senin pagi, 14 Mei 2018. “Diselamatkan anggota seperti yang terekam dalam video itu," ujar Barung.Â
Diketahui, bom mengguncang Surabaya dan Sidoarjo selama dua hari, Minggu dan Senin, 13-14 Mei 2018. Empat lokasi di Surabaya, yakni di tiga gereja berbeda dan Markas Polrestabes Surabaya, dan satu kejadian di Rusunawa Wonocolo, Taman, Sidoarjo. Sementara ini, total korban meninggal 25 orang, 12 warga dan 13 pelaku. (ase)