Kemenag Sumbar Amati Hilal Sore Ini Tentukan Awal Ramadan
- FOTO ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang
VIVA – Kantor Kementerian Agama wilayah Sumbar berencana akan mengamati hilal untuk menentukan awal Ramadan 1439 Hijriah. Rukyatul hilal akan dimulai pada Selasa 15 Mei 2018 sekira pukul 16.00 WIB di Gedung Kebudayaan Sumbar Jalan Diponegoro Padang.
"Rukyatul hilal akan kita laksanakan di Gedung Kebudayaan Sumbar, menjelang matahari terbenam," kata Kasubag Humas dan Informasi Kemenag Sumbar, Irwan, Selasa 15 Mei 2018.
Pengamatan rukyatul hilal untuk melihat posisi bulan lanjut Irwan, akan menggunakan alat teropong khusus yakni teodolit. Baru setelah itu, hasil pengamatan akan dilaporkan ke pusat untuk dijadikan salah satu bahan rujukan pada sidang Isbat
Selain Kemenag kata Irwan, proses pengamatan Hilal ini juga akan dihadiri oleh perwakilan dari pengadilan agama, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, MUI dan sejumlah ormas Islam.
Sementara itu, Rahmat Triyono, Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Silaing Bawah, Kota Padang Panjang menyebutkan, dalam pengamatan hilal ini, ada beberapa hal yang diperhatian yakni, waktu konjungsi (ijtima) dan terbenamnya matahari.
Konjungsi geosentrik atau konjungsi atau ijtima ini adalah peristiwa ketika bujur ekliptika bulan sama dengan bujur ekliptika matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat bumi.
Peristiwa ini akan kembali terjadi pada hari Selasa, 15 Mei 2018 pukul 11.48 UT atau pukul 18.48 WIB, atau pukul 19.48 WITA atau pukul 20.48 WIT, yaitu ketika nilai bujur ekliptika matahari dan bulan tepat sama 54,599 derajat.
Periode sinodis bulan sendiri kata Rahmat, terhitung sejak konjungsi sebelumnya hingga konjungsi yang akan datang ini adalah 29 hari 9 jam 51 menit. Waktu terbenam matahari dinyatakan ketika bagian atas piringan matahari tepat di horizonteramati.
"Di wilayah Indonesia pada 15 Mei 2018, waktu matahari terbenam paling awal adalah pukul 17.27 WIT di Merauke, Papua dan waktu matahari terbenam paling akhir adalah pukul 18.47 WIB di Sabang, Aceh," tambahnya.
Dengan memerhatikan waktu konjungsi dan matahari terbenam lanjutnya, dapat dikatakan konjungsi terjadi setelah matahari terbenam tanggal 15 Mei 2018 di wilayah Indonesia.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, secara astronomis pelaksanaan rukyat hilal penentu awal bulan Ramadan 1439 H bagi yang menerapkan rukyat dalam penentuannya adalah setelah matahari terbenam pada 16 Mei 2018.
Sementara bagi yang menerapkan hisab dalam penentuan awal bulan Ramadan 1439 H, perlu diperhitungkan kriteria-kriteria hisab saat matahari terbenam 16 Mei 2018 tersebut.
Selain itu kata Rahmat, juga diperhatikan peta ketinggian hilal untuk pengamat di antara 60 derajat LU sampai dengan 60 derajat LS saat matahari terbenam di masing-masing lokasi pengamat di permukaan bumi pada 15 dan 16 Mei 2018.
Pada peta tersebut, tinggi hilal adalah besar sudut yang dinyatakan dari posisi proyeksi bulan di horizon-teramati hingga ke posisi pusat piringan bulan berada. Tinggi hilal positif berarti hilal berada di atas horizon pada saat matahari terbenam.
"Adapun tinggi hilal negatif berarti hilal berada di bawah horizon pada saat matahari terbenam. Ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada 15 Mei 2018 berkisar antara -1,64 derajat di Melonguane, Sulawesi Utara sampai dengan -0,05 derajat di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat (Hilal masih di bawah horizon)," ujar Rahmat.
Adapun ketinggian hilal di Indonesia saat matahari terbenam pada 16 Mei 2018 terang Rahmat, berkisar antara 10,76 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 12,34 derajat di Sinabang, Aceh," ujar Rahmat.
Hal ini berarti untuk kota-kota lainnya di Indonesia, hilal juga sudah berada di atas horizon pada saat matahari terbenam, dengan tinggi di antara kedua nilai tersebut.
Walau demikian ujar Rahmat, objek astronomis lainnya juga dapat berpotensi mengacaukan rukyat hilal.
Dalam perencanaan rukyat hilal, perlu diperkirakan juga objek-objek astronomis selain hilal dan matahari yang posisinya berdekatan dengan bulan dan kecerlangannya tidak berbeda jauh dengan hilal atau lebih lebih cerlang daripada hilal.
Objek astronomis ini dapat berupa planet, misalnya Venus atau Merkurius, atau berupa bintang yang cerlang, seperti Sirius. Adanya objek astronomis lainnya ini berpotensi menjadikan pengamat menganggapnya sebagai hilal.
Pada 15 Mei 2018, hampir di seluruh wilayah Indonesia bulan terbenam lebih dahulu daripada matahari sehingga informasi objek astronomis lainnya yang berpotensi mengacaukan rukyat menjadi tidak diperlukan.
Adapun pada 16 Mei 2018, dari sejak matahari terbenam hingga bulan terbenam di seluruh Indonesia terdapat bintang Aldebaran dengan posisi kurang dari 5 derajat di atas bulan.