Bom di Surabaya, KPI Imbau Media Tak Siarkan Gambar Korban
- ANTARA FOTO/Didik Suhartono
VIVA – Menyikapi peristiwa pengeboman di Gereja yang terdapat di Surabaya, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengimbau pada lembaga penyiaran, khususnya televisi, untuk tetap menaati Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) KPI 2012.
Pasal 23 SPS KPI menyebutkan larangan munculnya adegan kekerasan, termasuk menampilkan manusia atau potongan tubuh yang berdarah-darah, terpotong-potong dan atau kondisi yang mengenaskan akibat dari peristiwa kekerasan.
"KPI juga mengimbau lembaga penyiaran, televisi dan radio, untuk mengutip informasi dari narasumber yang terpercaya dan institusi yang berwenang," kata Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis dalam keterangan tertulisnya, Minggu 13 Mei 2018.
Lembaga penyiaran, katanya, punya kewajiban menyiarkan berita yang akurat di tengah masyarakat, dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip jurnalistik dan regulasi penyiaran yang ada.
"Jangan sampai masyarakat menerima teror berulang, karena munculnya informasi dan berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," katanya.
KPI mengingatkan pula, bahwa televisi dan radio harus menjadi perekat sosial antar masyarakat, untuk menjaga situasi lebih kondusif.
Seperti diketahui, telah terjadi teror bom di gereja di Surabaya, yakni di Gereja Kristen Indonesia, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, dan Gereja Katolik Santa Maria.
Dalam perkembangan terakhir, jumlah korban tewas akibat serangan keji bom bunuh diri yang terjadi di tiga gereja di Surabaya sebanyak sembilan orang tewas dan 44 orang luka-luka.