Kapolda Jatim Sebut Bom Surabaya Efek Insiden di Mako Brimob
- ANTARA FOTO/Didik Suhartono
VIVA – Kepolisian Daerah Jawa Timur menyebut bahwa peledakan bom di tiga gereja di Surabaya pada Minggu pagi adalah efek dari insiden kerusuhan dan penyanderaan di Rumah Tahanan Cabang Salemba di kompleks Markas Komando Brimob di Depok, Jawa Barat.
Dugaan itu didasarkan pada fakta bahwa polisi sebelumnya tak menemukan indikasi ancaman teror di sejumlah daerah pada beberapa hari terakhir. Namun kemudian tiga bom meledak dalam waktu hampir bersamaan di tiga gereja di Surabaya.
“Tidak pernah ada tanda-tanda ancaman apapun, ini imbas dari kejadian yang ada di Jakarta (baca: Rumah Tahanan Cabang Salemba di kompleks Markas Komando Brimob di Depok),” kata Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur, Inspektur Jenderal Polisi Machfud Arifin dan Gubernur, pada Minggu siang, 13 Mei 2018.
Menurut Machfud, memang sudah ada semacam imbauan atau fatwa dari pimpinan kelompok teroris di Indonesia agar militan mereka beraksi dalam waktu dekat. Itu dibuktikan dengan sejumlah penangkapan terduga teroris di beberapa daerah setelah insiden di Markas Brimob.
Tiga gereja di Surabaya, yakni Gereja Santa Maria Tak Bercelah di Ngagel, GKI di Jalan Diponegoro, GPPS Jemaat Sawahan di Jalan Arjuna, diguncang ledakan bom pada Minggu pagi. Menurut polisi, waktu ledakan hampir bersamaan: masing-masing pada pukul 07.30 WIB, 07.35 WIB, dan 08.00 WIB.
Sembilan orang tewas dan 40 korban luka dalam peristiwa itu, berdasarkan data yang dimutakhirkan oleh polisi pada pukul 11.00 WIB. Semua korban tewas maupun luka sudah dibawa ke sejumlah rumah sakit terdekat, di antaranya RSUD Dr Soetomo.