Kiai Soleh Qosim Sang Ulama-Pejuang Wafat saat Sujud Magrib
VIVA – Umat Islam khususnya warga Nahdlatul Ulama berduka. Ulama sepuh yang juga pejuang kemerdekaan RI, Romo KH Soleh Qosim, wafat pada Kamis petang, 10 Mei 2018, saat melaksanakan salat magrib. Banyak warga dan tokoh melayat di rumah duka di Ngelom, Sepanjang, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, begitu kabar duka itu tersiar. Dia wafat di usia 88 tahun.
Kabar wafatnya Kiai Soleh Qosim tersebar di grup-grup WhatsApp NU dan media sosial sejak sekira pukul 19.00 WIB. Begitu terkonfirmasi kebenaran informasi duka itu, ucapan belasungkawa pun mengalir dari warga NU. "Benar (informasi wafatnya Mbah Soleh Qosim), mohon doanya," kata cucu almarhum, Ahmad Miftah Haque atau Gus Mif, dihubungi VIVA.
Sebelum meninggal, Kiai Soleh Qosim sempat menghadiri kegiatan organisasi Jamaah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah an-Nahdliyah di Kabupaten Jombang. Setelah pulang, sorenya Kiai Soleh salat asar berjemaah di masjid kompleks pesantren yang diasuhnya, Pesantren Bahauddin Al Islami, Sidoarjo.
Saat magrib tiba, Kiai Soleh salat sendiri di kamar rumahnya. Nah, saat itulah keluarga mengetahui sang kiai tak beranjak dari sujud. Dia meninggal dalam usia 88 tahun. "Salat magrib, sujud tidak bangun, tasbih masih di tangan," kata Gus Mif.
Selain seorang ulama, Kiai Soleh Qosim juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan. Ia selalu hadir ketika peringatan hari kebangsaan digelar. Setiap kegiatan kebangsaan digelar oleh Markas Komando Daerah Militer V Brawijaya, misalnya, VIVA selalu melihat kehadiran Almarhum. Kendati fisik rapuh, dia ikut berdiri dengan bantuan tongkat saat lagu Indonesia Raya dinyanyikan.
Sosok Kiai Soleh Qosim jadi sorotan saat HUT ke-72 Tentara Nasional Indonesia di Cilegon, Banten, pada 5 Oktober 2017. Saat itu, dia diundang hadir. Jadi sorotan karena saat itu Presiden Joko Widodo mencium tangan Kiai Soleh dengan penuh hormat.