Serunya Berkeliling Kapal Rainbow Warrior Milik Greenpeace
- VIVA.co.id/Dusep Malik
VIVA – Kapal layar penjelajah dunia Rainbow Warrior milik aktivis lingkungan hidup dunia Greenpeace kini tengah bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Kapal generasi ketiga dari Rainbow Warrior ini ada di perairan Indonesia dalam rangkaian Tur Jelajah Harmomi Nusantara.
Hari ini Minggu 29 April 2018 adalah rangkaian terakhir dari kegiatan open boat bagi masyarakat yang ingin melihat kehebatan kapal bertiang layar modern penjaga lingkungan dunia. Kapal Rainbow Warrior ini dapat dijumpai di pelabuhan penumpang, Tanjung Priok tanpa dipungut biaya.
Berdasarkan pantau VIVA yang berkesempatan masuk ke dalam kapal, terlihat kapal yang memiliki tiang layar setinggi 55 meter ini adalah kapal layar modern di dunia saat ini. Dengan tiang layar yang modern ini dapat membawa kapal berlayar lebih jauh dan sangat ramah lingkungan, terlebih tenaga utamanya adalah bantuan tenaga angin.
Jika Anda berkunjung ke kapal ini, Anda tentunya akan bisa melihat bagaimana crew kapal tersebut sangat ramah menyapa masyarakat. Anda bisa melihat ruang kemudi kapal atau Bridge, menonton film di dalam kapal dan tentunya menikmati udara di bagian belakang kapal.
Kapal yang berukuran tidak besar ini sangat efektif dalam mengolah sampah di dalam kapal, bahkan sebuah tempat sebesar 59 meter kubik di kapal tersebut difungsikan untuk menyimpan air dan melakukan proses penyaringan air bersih dan mendaur ulang air kotor sehingga mengurangi pembuangan sampah atau kotoran ke laut.
Dalam sejarahnya, Kapal Rainbow Warrior pertama miliki Greenpeace telah tenggelam pada 10 Juli 1985. Bom yang meledak di badan kapal oleh agen Prancis di Selandia Baru telah membuat seorang crew kapal meninggal dunia. Saat itu, Rainbow Warrior pertama sedang dalam misi kampanye anti nuklir yang dilakukan Pemerintah Prancis.Â
Atas kejadian tersebut Rainbow Warrior menjadi sorotan dunia dan Greenpeace menjadi aktivis lingkungan hidup dunia yang diperhitungkan. Nama Rainbow Warrior sendiri terinspirasi dari ramalan suku Indian Cree yang menyebutkan: "Ketika dunia menjadi sakit dan sekarat, manusia akan bangkit bagai pejuang pelangi."