Siaga Hadapi Teror Bencana Hidrometeorologi

Ilustrasi bencana tanah longsor.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

VIVA – Fenomena perubahan iklim dan peningkatan cuaca ekstrem yang menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, badai, longsor terus mengalami peningkatan di Indonesia. Frekuensi bencana hidrometeorogi di Tanah Air termasuk tinggi.

Bertemu PM Papua Nugini, Jokowi Sampaikan Dukacita Atas Bencana Tanah Longsor

Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), Armi Susandi, mengatakan mengacu dari data, diproyeksikan temperatur dunia akan terus mengalami peningkatan hingga 2100. Hal ini dipaparkan Armi sebagai pembicara dalam seminar 'Waspada Bencana Hidrometeorologi: Kita Bisa Siaga' yang digelar alumni Geofisika dan Meteorologi ITB.

"Ini sebagai gambaran frekuensi bencana hidrometeorologi akan terus meningkat di masa mendatang. Perlu diantisipasi dengan dukungan teknologi prediksi potensi kebencanaan," kata Armi, dalam keterangan tertulisnya yang diterima VIVA, Kamis, 26 April 2018.

Longsor di Timika Papua, 7 Orang Meninggal Dunia

Armi merincikan selama 2017, terjadi 2.341 kali bencana hidrometeorologi. Angka ini merupakan 92 persen dari jumlah bencana yang terjadi di Indonesia. Kerugian sepanjang tahun lalu ditaksir mencapai Rp30 triliun. Dilaporkan korban meninggal mencapai 377 orang serta 1005 luka-luka.

"Melihat dampak besar yang ditimbulkan, pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi baik jangka pendek, panjang, dan menengah," tutur Armi.

BNPB Ungkap 51 Bencana Terjadi Selama Sepekan, Banjir di Musim Kemarau

Dijelaskan dia, upaya yang perlu dilakukan bisa dengan mengembangkan teknologi monitoring serta bencana kebencanaan hidrometeorologi, hingga penyusunan tata ruang menyesuaikan kerentanan bencana.

"Perlu juga kampanye serta peningkatan pemahaman terkait dampak serta pengurangan risiko bencana dengan mengajak masyarakat," ujar Armi.

Banjir di Lebak, Banten.

Ilustrasi banjir.

Kemudian, ia melanjutkan ke depan bahwa inovasi teknologi di bidang kebencanaan akan semakin diperlukan. Hal ini karena mengacu peningkatan pertumbuhan penduduk serta dampak perubahan iklim.

"Ini yang akan menjadi tantangan bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengembangkan teknologi serbaguna yang bisa memperkuat kesiapsiagaan," jelasnya.

Sosialisasi Edukasi

Kepala Pusat Meteorolgi Maritim BMKG, Nelly Florida Riama, mengatakan sebagai badan pemerintah, pihaknya memiliki kewajiban menyediakan layanan informasi mengenai cuaca, iklim, dan kegempaan.

Untuk bencana hidrometeorologi, menurutnya BMKG akan terus membantu memberikan edukasi kepada masyarakat. Bantuan edukasi ini seperti pada relawan bencana, petani, serta nelayan melalui program kolaborasi.

"Namun, di satu sisi masyarakat bisa memiliki kesadaran dan dipersiapkan agar mampu hadapi bencana. Lalu, para ahli dan petugas dengan kualifikasi yang baik perlu disebar di daerah rawan bencana," tutur Nelly. (one)

[dok. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam telekonferensi pers, Senin, 13 Mei 2024]

BNPB Sebut Bencana Banjir Mendominasi di Pulau Sulawesi, Maluku dan Papua

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan bencana banjir masih mendominasi di sejumlah wilayah di Indonesia, khususnya wilayah Pulau Sulawesi, Maluku dan

img_title
VIVA.co.id
15 Juli 2024