Pembangunan RS UI Capai 95 Persen, Bakal Layani Pasien BPJS
- VIVA.co.id/ Zahrul Darmawan (Depok)
VIVA – Proyek pembangunan Rumah Sakit Universitas Indonesia telah mencapai 95 persen. Rumah sakit ini bakal memiliki kapasitas 450 tempat tidur dengan 300 kamar tidur.
“Sekarang ini tinggal finishing saja,” kata Humas UI, Egia Tarigan, Kamis, 26 April 2018.
Rumah Sakit UI berada dekat dengan Fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan di jalur utama kampus. Berdiri di atas lahan seluas 106.100 meter persegi, rumah sakit mulai dibangun pada 2013.
Untuk operasional, menurut Rektor Universitas Indonesia, Prof. M. Anis, masih menunggu izin. Rumah sakit ini bakal melayani pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
"Rumah sakit ini akan berstandar internasional dan dipegang oleh tenaga-tenaga ahli di bidangnya. Tentu ini akan dibuka untuk umum, untuk semua masyarakat,” katanya, Rabu, 25 April 2018.
Usai meresmikan kongres nasional Asosiasi Rumah Sakit Tinggi Negeri di Depok, Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi, Mohamad Nasir mengemukakan, pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar Rp135 miliar untuk pembangunan 25 rumah sakit di perguruan tinggi negeri (PTN). Rata-rata setiap rumah sakit bakal dialokasikan dana sekitar Rp15-20 miliar.
Saat ini, menurut Nasir, sudah ada sekitar 12 rumah sakit di perguruan tinggi negeri yang telah beroperasi. “Untuk yang lain masih proses pembangunan, gedungnya yang sudah siap, sudah jalan itu ada di Mali dari barat itu USU sudah jalan, Unand, Riau sebagian sudah, nanti Unpad, Undip, UGM, Unair, Unhas, Udayana, dan UI sebentar lagi,” katanya, Rabu, 25 April 2018.
Adapun total anggaran untuk rumah sakit pendidikan tahun ini sekitar Rp135 miliar. Untuk rumah sakit pendidikan yang sudah operasional, sudah ada anggaran operasionalnya. Jika belum beroperasi, terdapat tiga skema anggaran.
"Kami ada tiga skema, loan, APBN, KBBU (kerja sama operasi dengan swasta). Ini seperti yang dilakukan di Samratulangi, Rp135 miliar untuk operasional rumah sakit saja, yang sudah operasi kami berikan sekitar Rp20 miliar atau Rp15 miliar untuk satu rumah sakit,” ujarnya.
Keberadaan rumah sakit di perguruan tinggi, lanjut Nasir, perlu untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit di bidang pendidikan ini menjadi sangat penting. Sebab, hal yang selama ini terjadi adalah rumah sakit pendidikan menjadi problem di semua fakultas kedokteran yang ada di Indonesia.
“Sekarang dengan adanya rumah sakit sendiri yang dilakukan oleh pendidikan ini akan bersinergi dengan baik antara semua bagian yang ada di pendidikan dokter. Baik mulai dari pendidikan dasar, yaitu pendidikan dokter maupun spesialis dan semuanya,” katanya.
Ke depan, Nasir mengatakan, hal ini bisa bersinergi dengan Kementerian Kesehatan untuk mengembangkan riset, inovasi dan semua yang terkait di bidang kesehatan. “Jadi nanti ada dua sisi, ada sisi riset dan layanan. Kalau layanan urusannya adalah dengan masyarakat," ujarnya.
Dia menambahkan, "Ini adalah bagian yang dilakukan oleh rumah sakit pendidikan. Berapa bagian untuk layanan, berapa bagian untuk riset ini harus kita lakukan modifikasi".