Sri Mulyani Ucapkan Selamat Kartini untuk Para Lelaki
- ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani juga turut meramaikan Hari Kartini dengan menggugah video berisi ucapan selamat Kartini di dalam akun Instagram-nya, @smindrawati, pada 21 April 2019.
“Saya ingin mengucapkan selamat Hari Kartini kepada seluruh perempuan di Indonesia. Saya secara spesifik mengucapkan menyampaikan selamat Kartini kepada seluruh laki-laki di Indonesia, karena peranan dan dukungan untuk menciptakan kesamaan sangat penting,” katanya.
Video unggahan yang diberi keterangan “Saya ingin mengucapkan selamat Hari Kartini kepada seluruh perempuan di Indonesia” itu sudah dilihat 27.544 kali dan 177 komentar.
“Dukunglah perempuan yang ingin maju, untuk para perempuan tingkatkan kepercayaan diri, meningkatkan kesempatan diri, dan mari bersama membangun Indonesia. Selamat Hari Kartini, selamat berjuang menciptakan kesamaan dan martabat yang kita bisa banggakan,” ujarnya.
Sri Mulyani adalah salah satu sosok wanita dengan segudang prestasi di Indonesia dan diakui di dunia internasional. Selain sebagai akademisi dan ahli tentang ekonomi, dia juga bahkan tiga kali menjadi menteri keuangan: pertama dan kedua di era pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2005–2010 dan pemerintahan Presiden Joko Widodo pada 2016 sampai sekarang.
Pada 5 Mei 2010, setelah mengundurkan diri sebagai menteri keuangan, Sri Mulyani ditunjuk menjadi salah satu dari tiga Direktur Pelaksana Bank Dunia, yang berkantor di Amerika Serikat. Ia menggantikan Juan Jose Daboub, yang menyelesaikan empat tahun masa jabatannya pada 30 Juni.
Pada Agustus 2008, Sri Mulyani disebut majalah Forbes sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia, yang juga wanita paling berpengaruh di Indonesia.
Belum setahun menjabat menteri keuangan dalam kabinet Jokowi, Sri Mulyani dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik se-Asia 2017 oleh majalah Finance Asia yang berkedudukan di Hong Kong. Penghargaan itu dinilai karena keberhasilannya mengurangi target defisit fiskal dari yang dikhawatirkan menembus angka 3 persen menjadi 2,5 persen dari PDB.