Partai Allah dan 'Kutukan' Amien Rais Cuma Muazin
- VIVAnews/Tri Saputro
VIVA – Partai Allah dan setan ala Amien Rais, masih menjadi polemik berkepanjangan di masyarakat. Bahkan, kini kalimat yang dilontarkan Amien di acara keagamaan di Mampang, Jakarta Selatan, berproses hukum di Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Cukup banyak pihak yang menyayangkan terlontarnya kalimat itu dari mulut Amien Rias. Apalagi, di tengah kondisi negara yang sedang mulai hangat dengan pesta demokrasi Pemilu 2019.
Pemerintah, bahkan harus meminta Amien Rais untuk lebih bijak lagi dalam berperilaku dan berucap.
"Karena satu, dua orang yang meletup-letup itu akhirnya situasi yang baik seolah menjadi tidak baik. Padahal, sebenarnya aman saja semua, tapi memang sensitif situasinya. Jadi, perlu semua pihak menjaga," ujar Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko.
Moeldoko mengatakan, sebagian kalangan juga memandang Amien sebagai seorang guru bangsa. Dengan demikian, Amien yang juga pernah menjadi Ketua Umum PAN itu seharusnya berperilaku sesuai sebutannya itu dengan senantiasa menjaga situasi tetap kondusif.
"Kalau semua tokoh bangsa memberikan statement yang nyaman, memberi kontribusi, kondisi akan semakin baik," ujar Moeldoko.
Selain pemerintah, kritik atas kontroversi partai Allah dan setan ala Amien Rais, juga datang dari praktisi dan pengamat Indonesia, di luar negeri.
Salah satunya dari Doktor Nadirsyah, dosen tetap Monash University Faculty of Law. Orang pertama dan satu-satunya yang menjadi dosen tetap di fakultas hukum di Australia ini, menyatakan sangat menyayangkan apa yang dilakukan Amien Rais.
"Pernyataan2 Amien Rais belakangan ini yg terus memainkan isu agama amat disayangkan. Pemilahan partai Allah dan partai Syetan itu bukan saja tidak kuat secara keilmuan dan tidak sesuai kenyataan di lapangan, tapi juga penuh dg emosi & kebencian thd Jokowi dan partai pendukungnya," kata Nadirsyah Hosen, melalui akun Twitter pribadi terverifikasinya seperti dikutip VIVA, Selasa 17 April 2018.
Nadirsyah yang juga menjabat Ra'is Syuriah, pengurus cabang istimewa Nahdlatul Ulama di Australia dan Selandia Baru, menuturkan, semua kalimat yang dilontarkan Amien Rais tidak cocok disebut sebagai kritis terhadap pemerintah.
Bahkan, menurut pria yang disapa Gus Nadir, kontroversi yang diciptakan Amien Rais tak menunjukkan kelasnya sebagai tokoh reformasi. Dan, hanya membuat Amien sebagai tokoh negeri turun kelas.
"Amat disayangkan kalau tokoh reformasi 98 ini pernyataannya "turun kelas" hanya sekelas nyinyiran dan lucu-lucuan ala Fadli Zon, Fahri Hamzah dan Rocky Gerung. Saya pernah berharap kritikan Amien Rais bisa lebih berbobot. Tapi ah sudahlah..." katanya.
Gus Nadir dalam rangkaian twitnya menceritakan, kisah tentang ucapan yang dapat mengakibatkan kesusahan alias kutukan, dari sejumlah tokoh tentang nasib Amien Rais.
Amien Rais diucapkan tak akan bisa jadi presiden, meski terus berteriak-teriak minta presiden diganti.
Ada dua tokoh yang mengatakan hal, yakni Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsudin dan Presiden Abdurrahman Wahid, alias Gus Dur.
"Dulu di masa akhir Orde Baru, Din Syamsuddin sudah mengingatkan Amien Rais: “Pak Amien itu seperti Muadzin yang berteriak2 meminta Presiden diganti, tapi nanti yg jadi imam-nya malah orang lain, bukan anda”. Sampai sekarang ucapan Din Syamsuddin terbukti benar," tulis Gus Nadir.
"Gus Dur juga pernah komen dengan guyon khas beliau, bahwa untuk jadi Presiden RI itu butuh kemampuan A-Plus, bukan cuma A-MienUs. Atau gini: “saya jadi Presiden dg modal dengkul tanpa keluar uang sepeserpun, itupun pakai dengkulnya Amien Rais” Yah namanya juga guyon," tulisnya.
Selain itu, Gus Nadir juga mengungkapkan, bahwa di kalangan santri, Amien Rais memiliki sejarah yang cukup tak baik, Amien disebut pernah menciderai sumpah ke kiai.
"Kalau buat kalangan santri, Amien Rais dianggap telah menciderai sumpahnya di depan para kiai khos dalam pertemuan di Buntet Pesantren, dimana menjawab pertanyaan Ki Dulloh Abbas, beliau bersumpah tdk akan menurunkan Gus Dur, setelah menaikkannya. Rekamannya masih ada," tulisnya.
Meski di-bully di berbagai media sosial. Namun, banyak juga yang membela Amien Rais, dan menyebut bahwa apa yang dikatakan Amien Rais itu sebenarnya berasal dari ayat-ayat yang ada dalam Alquran.
Dalam perbincangan dengan tvOne dalam program Apa Kabar Indonesia Malam, politikus Partai Amanat Nasional, Drajad Wibowo, menyatakan, bahwa yang dimaksud Amien soal partai itu adalah kelompok yang jauh lebih besar.
Drajad mengatakan, yang terpenting adalah, apa yang dikatakan Amien itu, sebenarnya ada dalam Alquran. Yakni pada Surat Almaidah ayat 56 dan Surat Al Mujadalah ayat 22.
"Ada salah penafsiran, dan tidak dikaitkan dengan partai politik. Seperti di Almaidah tentang kata hizbullah. Yang artinya, dan sesungguhnya pengikut Allah, kelompok Allah dan partai Allah itu yang menang," kata Drajad.
Hal senada juga dilontarkan Wakil Sekretaris Jenderal PAN, Saleh P Daulay. "Pak Amien kala itu jelas-jelas diundang untuk memberi tausiah keagamaan. Sebagai seorang muslim, tentu Pak Amien menjelaskan masalah keagamaan dalam bingkai agama Islam yang bersumber dari Alquran dan Al Sunnah," kata Saleh, Minggu 15 April 2018.
Atas pernyataan-pernyataan di atas, VIVA berusaha menelusuri fakta-fakta dari Surat Almaidah ayat 56 dan Al-Mujadalah ayat 19 dan 22, untuk mengungkap apakah benar ada kalimat Partai Allah dan Partai Setan di dua surat dan tiga ayat dalam kitab suci Alquran.
Baca: Menguak Fakta Partai Allah dan Setan Amien Rais di Alquran