Gus Mus 'Cuek' soal Heboh Puisinya yang Dibacakan Ganjar

Taj Yasin (kanan), calon wakil gubernur Jawa Tengah, bersama ulama terkemuka Musthofa Bisri alias Gus Mus ketika bertemu di Bandara Ahmad Yani Semarang pada Rabu, 11 April 2018.
Sumber :
  • VIVA/Dwi Royanto

VIVA – Ulama terkemuka Musthofa Bisri alias Gus Mus menyesalkan penafsiran keliru atas puisinya yang berjudul Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana. Kontroversi bermula saat puisi itu dibacakan oleh calon gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Gerindra: Pertemuan Ahmad Luthfi dengan Jokowi Jangan Dibesar-besarkan

Komentar Gus Mus memang tak disampaikan langsung kepada media. Gus Mus menyampaikannya kepada Taj Yasin saat calon wakil gubernur pasangan Ganjar Pranowo itu hendak pergi umrah dan bertemu di Bandara Ahmad Yani Semarang pada Rabu, 11 April 2018.

"Beliau menyesalkan adanya kritik itu. Tapi beliau memantau dan senang sekali ada di posko ada baca puisi beliau, senang sekali," kata Taj Yasin.

Megawati Turun Gunung ke Jateng, Pastikan Pilkada 2024 Bebas Cawe-cawe Eksternal

Gus Mus, kata Yasin, mengaku banyak dihubungi santri-santrinya saat puisi itu menjadi ramai di media sosial. Beberapa pihak yang menghubungi adalah Banser dan Gerakan Pemuda Ansor. Namun Gus Mus bersikap santai dan agar semua tidak terlalu menanggapi serangan isu penistaan agama.

"Kata Gus Mus, 'wes jarke wae-lah (sudah, biarkan saja), toh mereka akan kena batunya sendiri. Itu kan malah menguntungkan njenengan (Taj Yasin) sama Mas Ganjar; toh itu bukan njenengan yang ngarang'," katanya menirukan nasihat Gus Mus.

Siapa Hari Wibowo? Kapolda Jateng yang Cueki Andika Perkasa saat Diajak Salaman

Puisi Perlawanan

Gus Mus menjelaskan bahwa puisi yang diciptakannya tahun 1987 itu menjadi ikon perlawanan terhadap pemerintah Orde Baru. Puisi itu lahir berkat hasil diskusinya dengan almarhum Thoyfur.

"Beliau menceritakan puisi itu karangan beliau tiga puluh tahun lalu, waktu itu masih jadi anggota DPRD provinsi (Jawa Tengah) bersama Kiai Toyfur, almarhum. Beliau cerita puisi itu hasil ngobrol dengan Kiai Toyfur. Kata Kiai Toyfur, 'Gus, catat saja, bikin aja terus jadi puisi," katanya.

Menurut Gus Mus, konteks puisi itu menggambarkan masyarakat Indonesia yang tertindas oleh rezim Orde Baru. Puisinya sangat populer pada masanya di kalangan mahasiswa dan aktivis.

"Konteksnya dulu itu masyarakat tertindas karena politik waktu itu. Jadi itu ungkapan, dan puisi itu menjadi puisi wajib ketika masyarakat gerakan-gerakan LSM dan mahasiswa untuk demo," kata Yasin.

Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) sempat mempermasalahkan puisi Gus Mus yang dibacakan Ganjar Pranowo di sebuah stasiun televisi swasta beberapa waktu lalu. Mereka bahkan sempat ingin melaporkan Ganjar ke polisi. Namun hal itu urung dilakukan dan FUIB telah meminta maaf kepada Gus Mus. Tim advokasi Ganjar-Yasin sebelumnya juga telah melaporkan Ketua Umum FUIB, Rahmat Himran, kepada Polda Jawa Tengah. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya