Debat Publik, Khofifah dan Gus Ipul Adu Kaidah Fikih
- VIVA.co.id/ Rahmat Noto (Surabaya)
VIVA – Debat publik dua pasangan calon Pemilihan Gubernur Jawa Timur di Gedung Dyandra Surabaya, Jawa Timur, pada Selasa malam, 10 April 2018, dimulai. Secara bergiliran, dua calon gubernur, Khofifah Indar Parawansa dan Saifullah Yusuf alias Gus Ipul, diberi kesempatan pertama menyampaikan visi dan misi.
Oleh moderator, Khofifah diberi kesempatan pertama menyampaikan visi dan misinya. "Napas membangun Jawa Timur adalah semangat membangun budaya dan peradaban bangsa. Rakyat Jawa Timur adalah penerus kejayaan dan kebesaran Nusantara," ujarnya.
Khofifah fokus pada pemberantasan kemiskinan, kebodohan, dan pemberdayaan di bidang kesehatan. Menurutnya, rakyat tidak akan kuat jika dalam kondisi miskin dan kurang pendidikan. "Rakyat tidak akan kuat kalau miskin, rakyat tidak akan kuat kalau bodoh, rakyat tidak akan kuat kalau sakit-sakitan," ujarnya.
Menguatkan visinya, Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama itu lantas mengutip dalil Ushul Fiqh yang pernah disampaikan oleh KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. "Gus Dur dulu sering menyitir kaidah fikih, tasharruful imam 'alar roo'iyah manuutun bil-mashlahah," kata Khofifah.
Gus Ipul juga memfokuskan visi dan misinya pada upaya pengentasan kemiskinan, peningkatan pendidikan dan peningkatan kesehatan masyarakat. "Ada beberapa agenda pokok kami, di antaranya mengatasi kemiskinan dan kesenjangan, pengangkatan derajat kesehatan dan pendidikan,"ujarnya.
Sama halnya dengan Khofifah, Gus Ipul juga menukil kaidah fikih dalam semangat pemerintahannya jika nanti terpilih sebagai Gubernur Jatim, yakni melanjutkan pencapaian pemerintahan sebelumnya yang baik, dan melakukan hal yang baru dan lebih baik dari pendahulu.
Gus Ipul menyebut itu dengan perubahan berkelanjutan. "Atau dalam bahasa pesantren sering dikatakan, al muhaafadzoh 'alaa qodiimish shooleh wal akhdzu bil jadiidil ashlah," ujarnya.