TNI AU Diminta Kembangkan Sistem Deteksi Rudal Nuklir

ilustrasi alutsista helikopter.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

VIVA – Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara diharapkan di usia ke-72, sudah bisa mengembangkan konsep sistem pertahanan udara yang modern serta canggih. Konsep yang dinilai diperlukan, adalah sistem deteksi dini dan interceptor.

Pengamat intelijen dan militer, Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati, atau Nuning mengatakan, konsep ini diperlukan, karena mengingat dinamika konflik Laut Cina Timur dan Laut Cina Selatan. Dua negara itu sudah menjadi pelaku utama dalam konflik ini, dengan mengembangkan rudal nuklir jarak jauh.

"Melindungi keselamatan NKRI dengan menyiapkan sistem deteksi dini dan sistem interceptor. Perlu dikaji kedua sistem tersebut untuk mampu menangkis datangnya rudal nuklir tersebut di luar ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif)," kata Nuning dalam pesan singkatnya, Senin 9 April 2018.

Untuk menunjang konsep tersebut, TNI AU harus bisa memodifikasi Minimum Essential Force (MEF) atau kekuatan pokok minimum dalam proses modernisasi alat utama sistem pertahanan (alusista).

Menurut dia, terobosan yang bisa dilakukan dengan menambah radar Ground Control Interceptor (GCI) dan radar Early Warning (EW).

"Jadi, operational requirement dan technical specification kedua jenis radar tersebut tidak hanya untuk dog fight di udara antara pesawat TNI AU melawan pesawat musuh. Tetapi, juga harus mampu dog fight pesawat TNI AU menangkis rudal nuklir," jelas dosen Universitas Pertahanan itu.

Terkait hal itu, Nuning juga menyarankan pentingnya pesawat tempur TNI AU dilengkapi senjata rudal. Senjata ini sebagai anti rudal jarak jangkau minimal 48 kilometer.

Kemudian, ia juga melihat prajurit perwira TNI AU terus ditingkatkan kapasitasnya dengan mengirim pelatihan atau sekolah ke luar negeri. "Untuk menjadi master dan doktor ilmu ruang angkasa di luar negeri," tutur Nuning.

Alutsista pesawat tempur F-16

Alutsista makin baik

Sultan Brunei Ingin Beli Kendaraan Tempur dan Senjata Pindad

Anggota Komisi I DPR, Evita Nursanty mengatakan, kekuatan alutsista TNI AU dari tahun ke tahun semakin baik. Menurutnya, acuan ini terlihat dari komitmen tinggi yang ditunjukkan pemerintahan Joko Widodo dalam hal modernisasi alutsista, pengembangan organisasi, dan kemampuan sumber daya manusia.

"Perkembangan TNI AU, tentunya dinamis sesuai dengan perkembangan atau tuntutan zaman. Kita berharap, TNI AU yang kuat, solid, dan memiliki kemampuan alutsista yang unggul, organisasi yang makin baik, dan efektif, serta prajurit yang semakin sejahtera," kata Evita.

Quo Vadis TNI AU?

Evita juga ingin, agar TNI AU terus mengembangkan strategi dan teknik pertahanan udara untuk mensukseskan dalam menjaga kedaulatan NKRI. Hal ini, termasuk mengembangkan kemampuan dalam membangun keselamatan untuk mencegah insiden yang tak diinginkan.

"Tak boleh dilupakan, kita akan dorong terus upaya kesejahteraan prajurit," tuturnya.

KSAU Minta Prajurit Tak Ikut Campur Pilkada dan Pilpres

Dikatakan dia, TNI AU yang kuat harus mampu mewujudkan visi poros maritim dunia. Sebab, poros maritim dunia membutuhkan sokongan kuat dari kekuatan udara.

"Itu merupakan fakta strategis kita, yang menjadi karakteristik dan sekaligus kekuatan kita di tengah persaingan dunia," kata Evita.

Debat Capres-Cawapres Pertama

Pengamat Ingatkan Para Capres soal Pertahanan dan Peperangan Masa Depan

ISSES mengingatkan ketiga calon presiden peserta Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 tentang pentingnya membahas dan mendalami penguatan aspek pertahanan jangka panjang.

img_title
VIVA.co.id
2 Januari 2024