Gawat! Ujian Akhir di 25 Ribu Sekolah Masih Urek-urek Kertas
- VIVA / Zahrul Darmawan (Depok)
VIVA – Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang berlangsung secara serentak pada tahun ini mengalami peningkatan sebanyak 68 ribu sekolah. Angka ini naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang berkisar hanya 30 ribu sekolah.
Hal itu diungkapkan Kepala Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Totok Suprayitno saat melihat secara langsung hari terakhir UNBK di SMK Negeri 1 Depok, Kecamatan Tapos, Depok Jawa Barat, Kamis 5 April 2018.
Totok mengatakan, UNBK untuk SMK pada tahun ini telah berjalan secara lancar. Namun ia tak menampik, masih ada kendala yang dihadapi terutama soal listrik. “Tiga hari yang telah kita lalui, UNBK di SMK berjalan lancar. Khusus Jawa Barat pada umumnya telah 100 persen menggunakan UNBK. Kendala masih ada, listriknya masih ada yang padam. Tapi alhamdulillah kepala dinas dan cabang langsung kontak PLN sehingga tidak menjadi gangguan berarti. Selain itu ada cadangan genset untuk jaga-jaga,” katanya pada awak media.
Berdasarkan catatan Kemendikbud, masih ada 25 ribu sekolah yang belum melaksanakan ujian dengan berbasis komputer.
“UNKP masih ada, kita kasihan yang masih uret-uret kertas. Kita harapkan secepatnya 100 persen UNBK di semua daerah. Saat ini Tinggal 25.000 kok yang masih Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP) di Indonesia. Kendalanya yang masih UNKP kebanyakan di daerah kepulauan, seperti Maluku, Kepri dan Papua, ini soal listrik dan jaringan internet,” katanya.
Terkait hal itu, lanjutan Totok, pihaknya pun berharap program jaringan internet di desa-desa yang dilakukan Kementerian Kominfo dapat segera terealisasi. “Kalau itu jalan, Insya Allah UNBK bisa lebih mudah. Doakan jangan ada kendala.”
Sementara itu, Sekretaris Dirjen Kemendikbud, Thamrin Kasman mengatakan, UN SMK tahun ini hanya menguji teori kejuruan. Perbandingannya adalah, tahun kemarin 30 persen teori dan 70 persen praktik.
“Mulai tahun ini UN hanya mengukur pada aspek teorinya, sehingga 100 persen teori diukur di UN, sementara untuk kompetensi keahlian maupun kejuruan akan diukur oleh uji kompetensi yang dilakukan oleh satuan pendidikan bekerjasama dengan lembaga sertifikasi profesi ataupun dunia usaha dan industri. Karena capaian kejuruan penting dikuasai oleh SMK,” kata dia. (mus)