Melongok Rumah Sakit Apung Canggih di Samudra Hindia
- VIVA/Harry Siswoyo
VIVA – Bersih. Itu kesan pertama yang muncul saat menyambangi kapal besar nan megah bernama Military Sealift Command Hospital Ship USNS Mercy (T-AH 19) yang bersandar di laut Samudra Hindia, tepi barat Bengkulu.
Kapal dengan panjang 300 meter yang bisa menampung sepuluh ribu orang ini adalah satu-satunya rumah sakit terapung terbesar di dunia. Tak terlihat satu pun titik sampah, semua rapi dan megah. Bahkan, saking bersihnya di dalam kapal tempat merawat orang sakit hingga 1.000 pasien itu tak tercium sedikit pun bau khas obat-obatan layaknya rumah sakit di Indonesia.
"Kami pastikan semua limbah medis kami tertangani dengan baik. Kebersihan paling diutamakan," kata Kapten Lynelle Boamah, Executive Officer Medical Treatment dari kapal USNS Mercy, pada Senin, 2 April 2018.
Boamah mengatakan, kapal yang dipimpinnya bersama ratusan awak dari berbagai negara itu dibekali peralatan medis nan canggih, dan puluhan dokter kelas wahid.
Di dalamnya terdapat 12 ruang operasi, komplet dengan segala macam peralatan canggih. "Kami juga memiliki dua helikopter yang bisa menjemput pasien di daratan lalu ditangani di atas kapal," ujarnya menambahkan.
Di kapal yang memiliki sembilan lantai itu juga tersedia bank darah yang bisa menyimpan 3.000 kantong darah segar. Termasuk juga sebuah teknologi yang bisa memproduksi 20 galon oksigen untuk kebutuhan tabung bagi para pasien.
"Kami juga punya stok obat yang cukup baik untuk kondisi darurat atau tidak," ujar perempuan asal Baltimore, Maryland itu.
Kapal milik Angkatan Laut Amerika Serikat yang telah beroperasi sejak 1907 itu telah banyak berkeliling ke berbagai negara demi menjalankan misi kemanusiaan. Karena itu, jangan heran meski memiliki peralatan nan mahal untuk penanganan para pasiennya, tidak sedikit pun biaya yang dikutip dari para pasiennya. "Free (gratis). Semua untuk kemanusiaan," ujar doktor biologi itu.
Tahun ini, USNS Mercy untuk kali ketujuh masuk ke Indonesia dalam program Pacific Partnership 2018. Dijadwalkan selama dua pekan, kapal ini akan bersandar di Bengkulu hingga 12 April 2018. Baru kemudian melanjutkan kembali perjalanan menuju Malaysia, Srilanka, Vietnam dan terakhir di Jepang.
"Kami ingin mempererat ikatan integral dengan para sekutu dan mitra kami di kawasan Indo-Pacific," kata Laksamana Pertama USNS Mercy, Donald D Gabrielson.
Pacific Partnership adalalh program rutin tahunan yang telah berjalan sebanyak 13 kali dan membawa misi tanggap bencana dengan melibatkan banyak negara, dan membawa ratusan personel militer dan sipil dari AS, Kanada, Inggris, Australia, Prancis, Peru, dan Jepang. (mus)