Novel Ramalan Indonesia Bubar Dibaca Militer Australia
- Amazon
VIVA – Sebuah novel fiksi berjudul Ghost Fleet menjadi perbincangan publik Tanah Air. Novel yang ditulis ahli strategi dan intelijen keamanan AS, Peter Waren Singer dan August Cole, itu memuat satu prediksi tentang kondisi Indonesia sebagai failed state alias negara gagal tahun 2030.
Adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang membuat novel tersebut mendadak populer di Tanah Air. Ya, dalam sebuah acara, mantan Danjen Kopassus itu berpidato membeberkan prediksi Indonesia bubar tahun 2030, mengutip tulisan dalam novel Ghost Fleet.
Ghost Fleet merupakan sebuah novel fiksi yang menerangkan konflik dan peta perang modern masa depan. Noval ini memang tak spesifik membahas Indonesia, Ghost Fleet yang ditulis tahun 2015 itu mengulas tentang peta konflik perang masa depan antara China, Rusia dan Amerika Serikat.
Meskipun hanya sebuah cerita fiksi, novel ditulis dengan merujuk pada dinamika geopolitik terkini, isu intelijen dan persaingan teknologi di tiga negara tersebut. Maklum, latar belakang penulis yang merupakan seorang analis pertahanan dan keamanan kenamaan AS.
Pengamat Hubungan Internasional, Arya Sandhiyudha, menilai novel ini merupakan sebuah warning akan dampak perang masa depan, yang melibatkan tiga negara adikuasa, Rusia, China dan Amerika Serikat. Walau hanya novel fiksi, namun kompetisi antara AS, China dan Rusia bukanlah ilusi.
Ketiga negara saling berlomba berebut pengaruh, mengukuhkan dominasinya di berbagai negara. China misalnya, berambisi melanjutkan ekspansi ekonominya ke seluruh dunia melalui kebijakan Belt and Road Initiative. Begitu juga Rusia dan AS yang berusaha mempertahankan dominasinya di dunia.
"Ini adalah wakeup call," kata Arya Sandhiyudha dalam perbincangan di tvOne, Sabtu, 24 Maret 2018.
Ia menganggap pernyataan Prabowo Subianto soal Indonesia bubar 2030, harus dipahami sebagai sebuah peringatan dini mengantisipasi ancaman dan dinamika politik global. Indonesia perlu mengantisipasi krisis energi global, strategi ekonomi yang diambil dan mengeliminasi potensi disintegrasi bangsa.
"Ingat, negara yang lepas dari kita itu dikuasai China dan AS. Timor Leste itu mata uangnya pakai dolar AS tapi ekonominya dibangun China. Itu warning yang sangat bagus, bagaimana pengaruh China bagi Indonesia," paparnya.
Kendati demikian, Arya berharap Indonesia tak perlu panik dan tetap melihat prediksi ini dengan optimis. Menurutnya, bila merujuk teori scenario planning, maka prediksi Indonesia bubar bukan sebuah kesimpulan.
"Scenario planning ini ada 4, ini (Indonesia bubar) sisi paling ekstrem, tapi ada skenario lain, misalnya Indonesia emas. Kalau kita mau tindaklanjuti yang positif, tentu kita harus mengejar ke wilayah ini (Indonesia emas), kita bergerak ke arah lain, yang positif," paparnya.
Arya tak menampik novel Ghost Fleet ini juga banyak dibaca kalangan analis dan militer, sebagai upaya membaca prediksi perang masa depan. Diantaranya adalah militer Australia (Australian Defence Force), yang turut memantau potensi tersebut.
"Ini novel tapi dilihat sebagai yang serius, Australia tidak menghendaki itu, masih jauh sepanjang kita masih melakukan segalanya dengan stabil," ujarnya.