Ibunda Pilot Hanafie Menangis Getir Terima Jenazah Anaknya
- VIVA/Lucky Aditya
VIVA – Tangis keluarga Kolonel Penerbang M Jusuf Hanafie pecah begitu jenazah tiba di rumah duka di Jalan Dirgantara C4 nomor 37, Lesanpuro, Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur, pada Rabu, 21 Maret 2018.
Penyerahan jenazah dari TNI Angkatan Udara kepada keluarga korban diiringi barisan prajurit. Jasad sang pilot diterima langsung oleh ibunya, Salsih Hanifa. Ia langsung lemas dan menangis getir segera setelah melihat jenazah putra ketiganya di dalam peti.
Istri korban, Florensia Harienda, langsung memeluk sang mertua. Isak tangis keluarga mengiringi kepergian pria dengan jabatan terakhir sebagai Paban II/Sismet Ditdok Kodiklatau di Jakarta itu.
Jenazah langsung dibawa masuk ke ruang tamu, lalu didoakam sebelum dimakamkan. Abdul Karim, paman korban, mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar TNI AU yang telah memfasilitasi kedatangan hingga pemakaman.
"Kami segenap keluarga besar meminta maaf. Semoga arwah Hanafie diterima di sisi Tuhan yang Maha Esa. Kami juga ucapkan terima kasih kepada keluarga besar TNI AU, atas semua fasilitas yang diberikan," katanya.
Setelah diterima keluarga, jenazah dikembalikan lagi kepada TNI AU. Hanafie dimakamkan di tempat pemakaman Marga Baka di kompleks Lanud Abdurahman Saleh, Malang, dengan prosesi militer. Jenazah diterima oleh Marsekal Pertama Irdanto Alfianto.
Janji ke Jakarta
Hanafie, pilot nahas yang jatuh bersama pesawat yang dikemudikannya, rupanya telah menjanjikan kepada ibunya untuk mengajak sang orangtua berlibur atau bertamasya di Jakarta.
Jadwal telah ditetapkan, yaitu Jumat, 23 Maret 2018. Sang ibu, Salsih Hanifa, lebih dulu diberangkatkan dengan bus dari Malang ke Jakarta pada Kamis, sementara Hanafie menuntaskan tugas di Cilacap, Jawa Tengah. Tiket bus pun sudah dibeli; pokoknya sang ibu tinggal berangkat saja.
Namun rencana itu kandas. Hanafie meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat latih aerobatik jenis Super Decathlon DL-30 yang dipilotinya di Bandara Tunggul Wulung, Cilacap, sore kemarin.
Awalnya keluarga besar di Malang tak mengetahui kabar duka itu sampai mertua Hanafie menelepon kerabat besan. Keluarga sempat bingung bagaimana cara terbaik menyampaikan kabar duka itu kepada ibunda Hanafie.
"Nenek tahunya malam hari. Nenek malah dengar dari pengeras suara (pengumuman) di masjid. Nenek terus menangis kalau mendengar kabar Om Hanafie meninggal dunia," kata Amelia Nadila Putri, kemenakan mendiang Hanafie, saat ditemui di rumah duka.