Ketika Ribuan Bintang Terangi Nyepi di Bali
- ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
VIVA – Tak seperti biasanya, malam ini, Sabtu, 17 Maret 2018, Bali gelap gulita. Ya, itu karena umat Hindu Bali tengah merayakan Nyepi. Ada beberapa hal yang dilarang selama proses Nyepi berlangsung.
Ketua PHDI Provinsi Bali, Gusti Ngurah Sudiana sebelum Nyepi berlangsung menjelaskan, hal-hal yang dilarang saat Nyepi itu disebut catur brata penyepian.
Catur brata penyepian yakni Amati Karya (tidak bekerja), Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang).
Semua orang mematuhi kebijakan ini. Toleransi antar-umat beragama begitu kental, kala umat beragama lain ikut memadamkan lampu dan tidak bepergian keluar rumah.
Hanya pecalang (petugas keamanan desa adat) yang berjaga-jaga di sepanjang malam berlangsung. Mereka memastikan Nyepi berjalan khidmat.
Malam ini, tak ada lolongan anjing yang sahut menyahut seperti malam-malam biasanya. Benar-benar sunyi. Semua aktivitas terhenti. Tak ada polusi yang mengotori lingkungan. Udara begitu segar dihirup.
Meski tak ada lampu namun Bali tetap terang. Ribuan bintang menyinari dari atas Pulau Dewata. Begitu indah menyaksikan hamparan ribuan bintang berjajar di atas langit. Di tengah penerangan padam, cahaya ribuan bintang membuat Pulau Seribu Pura ini seakan bercahaya.
Sejak pagi tadi pukul 06.00 Wita, umat Hindu telah melaksanakan Nyepi yang berlangsung setahun sekali. Nyepi akan usai besok pagi, Minggu, 19 Maret 2018 pukul 06.00 WITA. Selama proses Nyepi berlangsung, biasanya umat Hindu Bali melaksanakan puasa. Bahkan, beberapa di antaranya puasa berbicara karena ingin merasakan Nyepi secara khusyuk. (mus)