Ini yang Boleh dan Tidak Dilakukan Selama Nyepi
- VIVAnews/Bobby Andalan
VIVA – Umat Hindu Bali akan melaksanakan hari raya Nyepi mulai Sabtu, 17 Maret 2018 pukul 06.00 WITA hingga Minggu, 18 Maret 2018 pukul 06.00 WITA. Selama perayaan Nyepi itu sedikitnya ada empat hal yang dilarang yang dikenal dengan istilah catur brata penyepian.
Di antaranya adalah amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).
Ketua PHDI Bali, Gusti Ngurah Sudiana menegaskan jika hal-hal yang dilarang sudah amat jelas diatur. "Dalam catur brata penyepian hal-hal yang dilarang itu kan sudah jelas. Pertama, jangan bepergian. Diam saja di sekitar pekarangan rumah, bila perlu di dalam rumah," kata Sudiana saat dihubungi, Jumat 16 Maret 2018.
Kedua, jangan menyalakan api. "Anak kecil yang suka main masak-masakan dilarang. Kalau tidak ada anak kecil atau yang sakit, matikan lampu rumah," katanya. Ketiga, dilarang bekerja selam Nyepi berlangsung. "Ngaso dulu lah," sarannya. Keempat, jangan menghibur diri. "Hura-hura, bersenang-senang, menonton film yang dewasa, menonton hiburan, itu juga jangan," imbuhnya.
Selain itu, ada pula hal-hal yang tak boleh dilakukan selama Nyepi berlangsung. "Juga, jangan berkata-kata yang menyakitkan, membuat status yang buat orang jadi sakit hati. Jangan emosional," katanya.
Sementara untuk hal-hal yang disarankan untuk dilakukan saat Nyepi adalah berpuasa. "Lalu dari pukul 06.00 WITA umat sudah melakukan persembahyangan dan terus menyebut nama Tuhan," papar dia.
Jika berkumpul bersama keluarga besar, alangkah baiknya mendiskusikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesucian atau ajaran umat Hindu. "Dengan keluarga mengobrol tentang kehidupan yang berkaitan dengan proses suci, misalnya cerita tentang Ramayana, Mahabrata atau Baghawatgita," tuturnya.
Melalui Nyepi, Sudiana menyebut merupakan bagian dari penyucian diri. Menjaga dari hal-hal negatif dan meningkatkan keimanan kita. Selain itu juga membersihkan bhuana agung (alam raya) dan bhuana aliti (diri manusia).
"Dalam pandangan tatwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia," ujar dia.
"Dengan Nyepi maka kesombongan bisa ditekan. Tujuannya adalah keheningan diri dan kembalinya alam semesta ke hukumnya. Jadi, alam itu supaya berjalan sesuai rotasinya. Sedangkan manusianya mendapatkan keheningan diri. Itu kan harus dicari dengan cara yang diajarkan dalam agama. Melihat diri kita sendiri ke dalam. Biasanya kita hanya melihat keluar saja," tambah Sudiana.