Malam Ini, Warga Bali Arak Ribuan Ogoh-ogoh
VIVA – Malam ini, umat Hindu Bali akan mengarak ogoh-ogoh keliling desa. Hampir seluruh wilayah di Bali akan mengarak boneka raksasa itu keliling desa mereka. Ya, hal ini dilakukan saat malam pengerupukan atau satu hari jelang Nyepi.
Biasanya, boneka raksasa yang disebut Ogoh-ogoh itu diangkat beramai-ramai menggunakan penyangga bambu yang sudah diikat menjadi persegi empat. Di atasnya ditaruh Ogoh-ogoh tersebut.
Saban kali melintasi perempatan jalan, Ogoh-ogoh akan diputar dan digoyangkan beberapa kali sambil dinaik-turunkan dengan cepat. Tak jarang para pengarak yang rata-rata pemuda itu terpelanting. Boneka raksasa yang terbuat dari anyaman bambu itu pun biasanya hancur berantakan akibat digoyang.
Ketua Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali, Prof Gusti Ngurah Sudiana, menjelaskan, Ogoh-ogoh merepresentasikan Bhutakala. "'Bhu' arti alam semesta dan waktu, sementara 'Kala' artinya yang tak terukur dan terbantahkan," terang Sudiana saat dihubungi Jumat 16 Maret 2018.
Menurut Sudiana, arak-arakan Ogoh-ogoh merupakan bentuk kesadaran manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu. Hal itu juga bermakna penyucian alam semesta yang meliputi kekuatan bhuana agung (alam raya) dan bhuana aliti (diri manusia).
"Dalam pandangan tatwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia," ujar dia.
Biasanya, arak-arakan Ogoh-ogoh akan berlangsung mulai senja tiba hingga larut malam. Setelahnya, patung Ogoh-ogoh akan dibakar atau dibuang ke pantai.
Seperti biasa, hampir tiap tahun umat Hindu Bali melaksanakan hari raya Nyepi. Pada saat itu, tidak ada aktivitas seperti biasanya. Umat Hindu akan melaksanakan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). (one)