Buya Syafi'i soal Ganjar: Layak, kalau Tak Dipanggil Jakarta
- VIVA/Daru Waskita
VIVA – Calon gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di sela-sela kunjungannya di Yogyakarta menyempatkan bersilaturahmi dengan mantan Ketua Umum Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif.
Ganjar tak menemui Buya Syafi'i (panggilan akrab) di rumah sang tokoh di Kabupaten Sleman, tetapi di Gedung Grha Suara Muhammadiyah, Kota Yogyakarta, pada Selasa, 13 Maret 2018.
Ganjar dan Buya Syafi'i bertemu selama kira-kira satu jam tetapi tertutup untuk wartawan. Baru setelah pertemuan itu, mereka berbicara kepada media.
Buya Syafi'i berpesan kepada Ganjar agar berkampanye dengan menyampaikan program yang riil atau dapat diwujudkan dan bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Guru besar pada Universitas Negeri Yogyakarta itu juga mengingatkan kepada Ganjar agar membumikan sila kelima Pancasila, yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurutnya, sila itu masih di awang-awang alias belum sepenuhnya terwujud.
"Kalau bangsa ini mau punya masa depan, maka wujudkan sila kelima Pancasila itu. Jangan hanya di awang-awang," ucapnya.
Buya mengaku mengenal baik Ganjar dan lawan politiknya, Sudirman Said. Maka, katanya, bersainglah dengan sehat dan beretika agar Pilkada Jawa Tengah tak menjadi hiruk-pikuk seperti Pilkada DKI Jakarta pada 2017. "Tidak ada kampanye hitam, dan jangan seperti Pilkada DKI," ujarnya.
Dia tak menjawab dengan lugas ketika ditanyai tentang kans atau peluang Ganjar terpilih sebagai gubernur. "Ya, layak terpilih kalau tidak di panggil Jakarta," ujarnya, tanpa menjelaskan lebih terperinci.
Bicara hoax
Ganjar tak menanggapi pesan terakhir Buya Syafi'i. Dia cuma menyatakan komitmennya untuk ikut menjaga Jawa Tengah tetap kondusif dan kompetisi pilkada berjalan lancar.
Dia bahkan mengaku ikut mencegah penyebaran informasi bohong atau fitnah alias hoax, misalnya, yang justru diarahkan untuk Sudirman Said. Dia melaporkan kepada polisi setiap mendapati ujaran kebencian terhadap rivalnya.
"Itu yang buat akun seakan-akan seperti milik saya dan menjelekkan Pak Dirman (Sudirman Said) dengan kata-kata seperti Pak Dirman Kristen, Pak Dirman komunis, langsung saya laporkan ke polisi untuk diusut," ujarnya.
Masalah hoax, katanya, memang sulit dihentikan, apalagi memasuki masa kampanye. Namun dia meyakini polisi sudah mengerahkan aparat sibernya memantau dunia maya, terutama media sosial.