Kapolri Ungkap Motif Politik di Balik Isu Penyerangan Ulama
- VIVA/Nur Faishal
VIVA – Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian menyebut motif politik di balik penyebaran isu penyerangan terhadap pemuka agama atau ulama dalam dua bulan terakhir. Isu itu direkayasa sedemikian rupa oleh kelompok penyebar fitnah atau hoax yang menamakan diri The Family Muslim Cyber Army (MCA).
Tito menengarai misi politik tertentu dari MCA, yakni mendelegitimasi pemerintahan Presiden Joko Widodo, agar masyarakat tak lagi percaya kepada pemerintah, lalu mendesakkan pergantian kepemimpinan nasional.
“Tujuannya untuk mendelegitimasi pemerintah, agar pemerintah dianggap tidak kredibel, supaya ada pergantian pemerintah. Berarti motif politik," kata Tito ketika menghadiri majelis pengajian di kantor Muhammadiyah Jakarta pada Jumat malam, 9 Maret 2018.
Dia menganalisis target antara para penebar hoax itu: mula-mula menciptakan ketidakstabilan masyarakat sehingga pemerintah dianggap tak kredibel. Mereka memanfaatkan sentimen agama karena isu itulah yang dianggap sensitif bagi masyarakat.
"Karena negara ini adalah negara dengan penduduk umat muslim terbesar di dunia. Dipancing dengan isu-isu ini akan sangat mudah. Kalau sudah menyangkut masalah-masalah ulama, menyangkut tempat ibadah, menyangkut pengurus masjid, itu gampang sekali untuk membakar emosional," ujarnya.
Polisi terus memantau perkembangan di dunia maya sekaligus netralisasi kelompok-kelompok yang mencoba merangkai dan memanfaatkan isu itu. Bukan hanya pemerintah yang dirugikan jika isu itu sampai berhasil memprovokasi masyarakat, tetapi juga bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Karena isu penyerangan ulama itu lebih banyak dirangkai di dunia maya atau media sosial, sejauh ini belum ada upaya sistematis penyerangan terhadap ulama, termasuk jika penyerangan itu dilakukan oleh kelompok komunis.
"Saya tidak memastikan bahwa tidak terjadi upaya yang sistematis di darat, tapi Polri belum menemukan," katanya. (ase)