Ratusan Sopir Angkot Mogok Dua Hari Dua Malam di Samarinda
- VIVA/Robbi Syai'an
VIVA – Ratusan sopir angkot mogok beroperasi di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Aksi itu berlangsung sejak Selasa dan masih berlangsung sampai Rabu malam, 7 Maret 2018.
Mereka menuntut pemerintah menghentikan operasional angkutan berbasis aplikasi online, selagi aturannya belum jelas. Tuntutan itu sebenarnya sudah disuarakan sejak beberapa bulan lalu, tetapi para sopir menganggap pemerintah mengabaikan aspirasi mereka.
Para sopir angkot sempat bermalam di halaman kantor Dinas Perhubungan Kalimantan Timur pada Selasa lalu bergeser ke depan kantor Gubernur pada Rabu.
Unjuk rasa semula di depan kantor Dinas Perhubungan lalu ke DPRD Kota Samarinda. Menjelang malam, unjuk rasa belum usai. Sebagian menginap di pinggir Jalan Kesuma Bangsa.
Pagi harinya, unjuk rasa kembali berlanjut di kantor Dinas Perhubungan. Saat tengah hari, mereka ke depan kantor Gubernur. Mereka menuntut pemerintah menerapkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 108 Tahun 2017.
"Kalau memang melanggar, maka transportasi online harus ditindak. Tapi tuntutan ini tak direspons dengan baik," kata Kamaryono, Ketua Organisasi Gabungan Transportasi (Orgatrans) Kaltim.
Kamaryono mengatakan aksi demo itu bakal terus berlanjut hingga tuntutan dipenuhi. "Sebelum aplikasi angkutan online ini punya izin, harus dihentikan dulu, atau tutup aplikasinya. Kita diminta patuh undang-undang, sekarang kita kembalikan: yang melanggar undang-undang kenapa dibiarkan?"
Organtrans tetap tidak puas meski tuntutan mereka dibawa ke Kementerian Perhubungan. Dia merasa janji itu cuma untuk menghibur para sopir angkot dan tak tahu sampai kapan kepastiannya.
“Anggota saya ini sudah kelaparan semua. Lebih baik mogok sampai pemerintah punya keputusan yang adil," katanya.
Dia bahkan menyarankan para anggotanya mengajak istri dan anak-anaknya dalam unjuk rasa itu. Kalau perlu sekalian membawa kompor dan peralatan memasak agar semua anggota keluarga sopir angkot ikut menginap di sana.
Massa tak hanya berorasi melainkan juga memarkirkan kendaraan mereka di pinggir jalan. Arus lalu lintas sempat tersendat. Bahkan sempat terjadi keributan saat sopir angkot mendesak rekan sopir lain untuk ikut mogok, termasuk taksi argometer, untuk ikut aksi bersama mereka.
Selain memenuhi Jalan Gadjah Mada, sopir-sopir juga meneriaki pengemudi ojek berbasis aplikasi online yang lewat di hadapan mereka.
Selama aksi berlangsung, tak ada satu pun perwakilan Pemerintah Provinsi Kaltim menemui para sopir. Juga saat perwakilan Orgatrans hendak masuk, tak satu pun yang diperkenankan oleh Satpol PP yang berjaga. Massa pun mengancam menginap di kantor Gubernur.