Aktivis Media Sosial: MCA Muncul karena Logika Perang
- VIVA/Nur Faishal
VIVA – Sindikat pelaku ujaran kebencian dan hoax The Family Muslim Cyber Army atau MCA ditengarai muncul akibat situasi politik yang dibawa kepada logika perang.
"Penyebab fenomena MCA muncul adalah persepsi yang dikembangkan adalah situasi politik, yakni perang antara haq dan bathil, " kata Akhmad Sahal, aktivis media sosial dalam program Indonesia Lawyers Club tvOne pada Selasa malam, 6 Maret 2018.
Perang yang dimaksud Sahal, bukanlah perang fisik, tapi paham atau pemikiran. Logika itu lalu memunculkan narasi yang dikembangkan bahwa umat Islam dikesankan pada situasi terancam atau terpojok.
Karena logika hukum perang yang dipakai, katanya, apapun boleh untuk menghabisi musuh. Hoax salah satunya. Hukum perang juga membuat pembunuhan yang diharamkan jadi dibolehkan. Pun mencuri atau meretas akun seperti yang dilakukan MCA juga dibolehkan.
"Padahal fitnah, hoax, ujaran kebancian itu dilarang dalam agama Islam. Lalu, siapa di balik MCA? Menurut saya, adalah pihak yang ingin Indonesia dibawa pada situasi perang haq dan bathil, dan umat Islam ditempatkan pada posisi terancam atau terkepung," katanya.
Fenomena MCA yang muncul akibat penerapan politik perang di negara demokrasi seperti Indonesia sangat berbahaya. Sebab, di negara demokrasi, lawan dianggap bukanlah sebagai musuh, tapi kompetitor. "Tapi kalau perang, musuh harus dibasmi. Ini bahaya kalau politik kita dipahami seperti itu.”
Karena itu, diperlukan upaya menangkal penghalalan fitnah dengan kebesaran hati. Fenomena MCA yang terkesan mendiskreditkan Islam harus disikapi dengan dewasa. Salah satunya dengan mengakui sebagai penyakit umat yang harus dibasmi.
"Umat Islam mengakui adanya penyakit dalam umat, tetapi langsung diamputasi dan diobati. Jangan langsung menyalahkan pihak luar. Karena, orang Islam bisa juga jahat. Seperti ini harus diakui saja itu penyakit dan kita obati," katanya.