Polisi: Berita Penyerangan Tokoh Agama yang Nyata Cuma Tiga
- Repro Instagram
VIVA – Satuan Tugas Nusantara bentukan Polri telah menyelidiki kasus-kasus yang berhubungan dengan informasi bohong, atau hoax seputar penyerangan terhadap pemuka agama dalam beberapa bulan terakhir.
Belakangan, kasus itu dikait-kaitkan dengan pelaku orang gila atau orang dengan gangguan jiwa.
Menurut Kepala Satuan Tugas Nusantara Polri, Inspektur Jenderal Polisi Gatot Eddy Pramono, sedikitnya ditemukan 45 kasus di sejumlah daerah di Jawa sepanjang Januari-Februari 2018.
Kasus-kasus itu diklasifikasikan dalam empat kategori: kejadian nyata yang kemudian diviralkan, peristiwa direkayasa tapi diviralkan, pidana murni tapi diviralkan, dan peristiwa tidak ada tapi diviralkan seolah ada.
Kategori pertama, yaitu kejadian nyata yang kemudian diviralkan, sebenarnya ditemukan hanya tiga kasus, antara lain dua di Bandung, Jawa Barat, dan satu di Lamongan, Jawa Timur.
“Paling banyak yang (kategori) keempat, peristiwa tidak ada tapi diviralkan seolah ada. Jumlahnya ada 32 kasus,” kata Gatot dalam program Indonesia Lawyers Club tvOne pada Selasa malam, 6 Maret 2018.
Berdasarkan penyelidikan polisi terhadap puluhan kasus itu, polisi membagi dua klasifikasi lagi, yaitu dugaan kelompok pelaku di dunia nyata dan kelompok pelaku di dunia nyata. Polisi menyebutnya gerakan “di darat” dan “di udara”.
“Penyelidikan di lapangan (dunia nyata): belum ditemukan koneksi atau benang merah antara satu peristiwa dengan peristiwa lain. Penyeldikan di udara, kita ada melihat satu koneksi, di situ ada kelompok MCA dan eks Saracen,” kata Gatot.
Satu hal yang diperhatikan oleh polisi, katanya, ialah bahwa penyerangan terhadap pemuka agama atau pun hoax tentang kasus serupa sebenarnya peristiwa spontan saja alias tidak ada yang merancang. Tetapi, kemudian peristiwa nyata maupun kasus yang direkayasa itu dikapitalisasi atau diproduksi menjadi fitnah bermuatan SARA.
Ini kejadian yang spontan saja, tetapi dikapitalisasi sedemikan rupa, seolah di daerah ada yang mendesain. “Tetapi, kami belum menemukan orang yang mendesain tindakan ini. Penyelidikan masih berjalan. Di udara, di media sosial, di dunia maya, kita menemukan koneksi itu,” ujar Gatot.