Viral Gempa Megathrust di Jakarta, Siapkah Jakarta
- BMKG
VIVA – Informasi tidak benar atau hoax mengenai potensi gempa megathrust di Jakarta beredar di media sosial. Berita bohong ini justru muncul setelah Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggelar diskusi dengan tema Gempa Bumi Megathrust 8,7, Siapkah Jakarta?.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan, institusinya bersama Ikatan Alumni Akademi Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA) berinisiatif menyelenggarakan diskusi dengan Pemprov DKI untuk menyiapkan langkah-langkah mitigasi bila ada gempa bumi tersebut.
Namun ternyata ada beberapa tulisan yang beredar viral, yang kurang tepat dalam menyimpulkan diskusi dalam sarasehan tersebut, sehingga dimaknai berbeda oleh sebagian masyarakat.
"Karena itu kami perlu meluruskan kesalahpahaman tersebut," katanya dalam keterangan pers, Jumat 2 Maret 2018.
Menurutnya, diskusi tersebut dirancang untuk kalangan terbatas, antara pakar dan pemegang kebijakan, karena membahas hal yang cukup sensitif namun urgen untuk segera dilakukan langkah lanjutan, sebagai bentuk tanggung jawab para pakar dalam memberikan layanan keselamatan publik di daerah rawan gempa.
"Meski para ahli mampu menghitung perkiraan Magnitudo maksimum gempa di zona megathrust, akan tetapi teknologi saat ini belum mampu memprediksi dengan tepat. Apalagi memastikan kapan terjadinya gempa megathrust tersebut," katanya.
Dalam diskusi seluruh ahli juga belum mampu memastikan apakah gempa megathrust akan benar-benar terjadi, kapan, dimana, dan berapa kekuatannya. Karena itu, dalam ketidakpastian tersebut, yang perlu dilakukan adalah upaya mitigasi yang tepat, menyiapkan langkah-langkah kongkrit yang perlu segera dilakukan untuk meminimalkan risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa.
"Seandainya gempa benar-benar terjadi, khususnya dengan cara menyiapkan kesiapan masyarakat maupun inftrastrukturnya," katanya.
Ditambahkan Dwikorita, wilayah Indonesia yang terletak di zona pertemuan lempeng tektonik aktif, maka Indonesia menjadi wilayah yang rawan gempa. Ini perlu dipahami bersama oleh seluruh masyarakat.
Karena itu, pemerintah melalui Pusat Studi Gempa Nasional-PUSGEN dengan didukung oleh para pakar gempa dari beberapa perguruan tinggi, lembaga/kementerian termasuk BMKG, telah menerbitkan buku ‘Peta Sumber dan Bahaya Gempabumi Indonesia tahun 2017’ sebagai salah satu upaya dan langkah mitigasi gempabumi di
Indonesia.
Peta tersebut merupakan pedoman untuk mendesain konstruksi bangunan di daerah rawan gempa, dengan mempertimbangkan percepatan tanah akibat perambatan gelombang gempa. Peta tersebut diterbitkan bersama buku dengan judul yang sama.
Di dalam buku tersebut diinformasikan bahwa berdasarkan hasil kajian para pakar gempa bumi, zona tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Eurasia, yang menunjam masuk ke bawah Pulau Jawa disebut sebagai zona megathrust dan proses penunjaman lempeng tersebut masih terjadi dengan laju 60-70 mm per tahun.
Selanjutnya, menurut analisis para pakar gempa bumi, gerakan penunjaman lempeng tersebut memungkinkan dapat mengakibatkan gempa megathrust dengan kekuatan/magnitudo maksimum yang diperkirakan dapat mencapai M 8,7.