Kematian Eks Wakapolda Sumut Masih Gelap, Mabes Polri Turun

Tim reserse Polda Jawa Timur dan Polres Kota Malang merekonstruksi lokasi kematian Agus Samad, mantan Wakil Kepala Polda Sumatra Utara, di Malang pada Selasa, 27 Februari 2018.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Kematian Agus Samad, mantan Wakil Kepala Polda Sumatera Utara, masih menjadi teka-teki rumit. Polisi belum dapat memecahkan kasus itu, korban bunuh diri atau dibunuh orang lain.

Kematian Mantan Wakil Kapolda Sumut Masih Misterius

Tim penyelidik Polres Kota Malang sampai Polda Jawa Timur sudah berkali-kali mengolah tempat kejadian perkara, memeriksa saksi-saksi, meneliti hasil autopsi, dan lain-lain. Tetapi perkaranya masih gelap hingga enam hari sejak jenazah kali pertama ditemukan pada 24 Februari 2018.

Markas Besar Polri di Jakarta pun dilibatkan untuk membantu proses penyelidikan. Sampel darah untuk pengukuran simetris darah dikirimkan ke Jakarta agar analisis penyebab kematian korban dapat ditentukan lebih akurat.

Mabes Turun, Kematian Mantan Wakapolda Sumut Masih Gelap

"Reka ulang olah TKP (tempat kejadian perkara) kita lakukan berkali-kali. Bukti sampel darah untuk pengukuran simetris juga sudah kami kirim ke Mabes Polri," kata Kepala Satuan Reserse Krirminal Polres Kota Malang, Ajun Komisaris Polisi Ambuka Yudha Hardi Putra, pada Kamis, 1 Maret 2018.

Polda Jawa Timur tak menyanggah bahwa penyelidik belum dapat mengungkap teka-teki rumit kematian Agus Samad. Karena itu pulalah Mabes Polri turun untuk mengintervensi proses investigasi, meski sejauh ini sebatas pengujian sampel darah.

22 Saksi Diperiksa, Kematian Wakapolda Sumut Masih Misterius

"Sampel saja yang dibawa, karena penyebabnya masih dalam analisis; motif dibunuh atau bunuh diri masih didalami. Yang jelas tulang rusuk patah," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera.

Bunuh diri atau dibunuh?

Agus Samad, pensiunan polisi dengan pangkat terakhir Komisaris Besar Polisi itu, ditemukan meninggal dunia di dalam rumahnya di Perumahan Bukit Dieng, Kelurahan Pisangcandi, Sukun, Kota Malang, Jawa Timur, pada Sabtu 24 Februari 2018.

Kematiannya dianggap tak wajar, karena ditemukan luka sayat pada tangan kanan dan kirinya. Juga luka gores di paha kanan belakang. Bercak-bercak darah korban tersebar di beberapa titik ruangan rumah. Kakinya saat ditemukan terikat tali rafia. Berdasarkan hasil autopsi, enam tulang rusuk kirinya patah.

Polisi belum memastikan penyebab tulang rusuk patah itu karena terjatuh atau faktor lain. Begitu juga ceceran darah yang ditemukan di sejumlah titik di rumahnya. Semua masih dianalisis dan diselaraskan dengan bukti dan petunjuk lain serta keterangan para saksi.

"Nanti, biar kami yang pecahkan teka-teki itu. Ini adalah tantangan kami untuk mengungkap. Minta waktu sehari-dua hari semoga sudah ada keputusan," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Agung Yudha Wibowo.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya