Kesaksian Bekas Pramuwisma Mendiang Eks Wakapolda Sumut
- VIVA/Lucky Aditya
VIVA – Suhartatik, bekas pramuwisma atau pembantu rumah tangga mendiang Agus Samad, eks wakil kepala Polda Sumatra Utara, mengenang sang majikan sebagai pribadi yang baik dan saleh.
Dia mengaku masih sering berkomunikasi dengan Almarhum maupun keluarganya, meski tak lagi bekerja di sana. Satu kebiasaan keluarga Agus ialah selalu menghubungi Suhartatik setiap mereka pergi ke Bali, biasanya untuk diminta menjaga rumah.
Namun, ketika istri Agus pergi ke Bali sekira dua pekan lalu, Suhartatik tak dihubungi. Istrinya memang pergi sendiri, sedangkan Agus tinggal di rumah. Suhartatik menganggap itu sebagai isyarat tak baik, meski dia mengetahui sang mantan majikan meninggal dunia belakangan.
"Biasanya kalau ke Bali, saya sering disuruh lihat rumah, tapi kemarin tidak disuruh," katanya ketika ditemui di rumah duka di Kota Malang, Jawa Timur, pada Rabu, 28 Februari 2018.
Suhartatik kaget bukan kepalang begitu mendengar kabar Agus Samad meninggal dunia di rumahnya pada Sabtu pekan lalu. Apalagi, kematian pensiunan perwira polisi itu tak wajar karena ditemukan banyak luka di tubuhnya.
Sosok alim
Hal paling diingat Suhartatik tentang Agus Samad ialah ketika Almarhum datang ke rumahnya di Kabupaten Malang pada tahun lalu. Agus membawakan minuman yang sudah dibacakan doa untuk diberikan kepada Eka Maulana, cucu Suhartatik.
Saat itu, Eka tak mau meneruskan sekolah saat dia kelas empat sekolah dasar. Agus datang untuk memberi nasihat agar Eka mau sekolah lagi.
Eka pun akhirnya melanjutkan sekolah. Agus juga memotivasi Eka dengan menjanjikan didaftarkan masuk polisi kalau sudah dewasa kelak.
Selain penyabar dan penyayang, Agus dikenal sebagai sosok yang alim. Agus adalah jemaah masjid perumahan setempat. Ia dikenal sebagai orang saleh dan rajin beribadah di masjid setempat.
"Sering ke masjid, lima waktu salatnya di sana, ngaji-ngaji sering juga di sana. Juga sering ngasih petuah, sering mengingatkan untuk ibadah ke tetangga, dan ke saya sering minta saya mendoakan (almarhum) Pak Tarsim, suami saya, agar dilapangkan di surga," ujar Suhartatik.
Teka-teki kematian
Agus Samad, pensiunan polisi dengan pangkat terakhir komisaris besar polisi itu, ditemukan meninggal dunia di dalam rumahnya di Perumahan Bukit Dieng, Kelurahan Pisangcandi, Sukun, Kota Malang, Jawa Timur, pada Sabtu 24 Februari 2018.
Kematiannya dianggap tak wajar, karena ditemukan luka sayat pada tangan kanan dan kirinya. Juga luka gores di paha kanan belakang.
Bercak-bercak darah korban tersebar di beberapa titik ruangan rumah. Kakinya saat ditemukan terikat tali rafia. Berdasarkan hasil autopsi, enam tulang rusuk kirinya patah.
"Posisi jatuh dan tulang rusuk yang patah belum bisa disimpulkan, apakah ada yang mengangkat atau korban jalan sendiri. Ceceran darah ada, tetapi alurnya bagaimana belum tahu, semua masih dianalisis dan didalami," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Malang, Ajun Komisaris Polisi Ambuka Yudha Hardi Putra, kemarin.
Semua hasil penyelidikan, bukti-bukti maupun keterangan saksi dan hasil autopsi, masih dianalisis dan belum dapat diungkap kepada publik.
"Nanti, biar kami yang pecahkan teka-teki itu. Ini adalah tantangan kami untuk mengungkap. Minta waktu sehari-dua hari semoga sudah ada keputusan," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Agung Yudha Wibowo.