Tak Cukup Polisi, Dokter pun Olah TKP Eks Wakapolda Sumut
- VIVA/Lucky Aditya
VIVA – Polisi belum dapat mengungkap penyebab kematian Agus Samad, mantan Wakil Kepala Polda Sumatra Utara, hingga hari kelima sejak jenazah ditemukan. Polisi sudah berkali-kali mengolah tempat kejadian perkara atau olah TKP, namun belum dapat menyimpulkan korban bunuh diri atau dibunuh.
Polisi, bahkan sampai melibatkan tim dokter untuk menyelidiki khusus lokasi kejadian, terutama di tempat pertama jasad ditemukan. Tim itu berbeda dengan yang mengautopsi jenazah.
"Karena masih fifty-fifty; apakah bunuh diri atau pembunuhan, masih banyak yang harus kita teliti. Kita menggunakan dokter, karena dokter adalah salah satu ahli yang sangat tahu kondisi tubuh manusia seperti apa dan kemungkinannya bagaimana," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Malang, Ajun Komisaris Polisi Ambuka Yudha Hardi Putra, Rabu 28 Februari 2018.
Polisi juga mempersilakan lagi tim pengidentifikasi pada Inafis (Automatic Fingerprint Identification System) untuk mereka ulang lokasi kejadian. Rekaman video CCTV (kamera pengawas) di belakang rumah korban juga diambil untuk dianalisis.
Mengenai pemeriksaan saksi-saksi, didapati keterangan bahwa korban memang sudah tinggal sendirian selama dua minggu di rumah itu, karena istrinya sedang di Bali. Informasi itu berdasarkan keterangan dua anak dan istri korban, serta adik korban.
Berdasarkan hasil pemeriksaan itu pula, didapat informasi bahwa sang istri, Suhartutik, beberapa kali menelepon suaminya selama berada di Bali. Dia rutin mengecek kesehatan suaminya, karena Agus Samad memang memiliki riwayat sakit jantung dan asam urat.
Suhartutik menelepon Agus kali terakhir pada Jumat sore, sehari sebelum korban ditemukan meninggal dunia. Sang istri mengkhawatirkan kesehatan suaminya.
"Yang jelas, menurut saya, itu rasa khawatir makanya telepon berkali-kali. Istri khawatir, menelepon, karena korban punya riwayat sakit jantung dan asam urat," kata Ambuka.
Teka-teki kematian
Agus Samad, pensiunan polisi dengan pangkat terakhir komisaris besar polisi itu, ditemukan meninggal dunia di dalam rumahnya di Perumahan Bukit Dieng, Kelurahan Pisangcandi, Sukun, Kota Malang, Jawa Timur, pada Sabtu 24 Februari 2018.
Kematiannya dianggap tak wajar, karena ditemukan luka sayat pada tangan kanan dan kirinya. Juga luka gores di paha kanan belakang. Bercak-bercak darah korban tersebar di beberapa titik ruangan rumah. Kakinya saat ditemukan terikat tali rafia. Berdasarkan hasil autopsi, enam tulang rusuk kirinya patah.
"Posisi jatuh dan tulang rusuk yang patah belum bisa disimpulkan, apakah ada yang mengangkat atau korban jalan sendiri. Ceceran darah ada, tetapi alurnya bagaimana belum tahu, semua masih dianalisis dan didalami," kata Ajun Komisaris Polisi Ambuka Yudha Hardi Putra, kemarin.
Semua hasil penyelidikan, bukti-bukti maupun keterangan saksi dan hasil autopsi, masih dianalisis dan belum dapat diungkap kepada publik. "Nanti, biar kami yang pecahkan teka-teki itu. Ini adalah tantangan kami untuk mengungkap. Minta waktu sehari-dua hari semoga sudah ada keputusan," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Agung Yudha Wibowo.