Samad Eks Wakapolda Sumut Akrab dengan Dunia Intelijen
- VIVA/Lucky Aditya
VIVA – Kematian Agus Samad, mantan Wakil Kepala Polda Sumatra Utara, tak hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga, tetapi juga meninggalkan pekerjaan rumah rumit bagi polisi.
Penyebabnya ialah kematian korban yang berpangkat terakhir komisaris besar polisi itu masih misteri hingga kini. Polisi sudah menyingkirkan satu dari tiga analisis kematian korban, yakni karena kecelakaan. Tinggal dua dugaan yang sedang didalami, yaitu korban bunuh diri atau dibunuh orang lain. Petunjuk maupun bukti-bukti masih seimbang mengarah pada kedua dugaan.
Berdasarkan data yang dirilis Polres Kota Malang, Agus Samad diketahui sebagai perwira polisi kelahiran Bukittinggi, Sumatra Barat, pada 7 Agustus 1946. Dia adalah putra dari Akhmad dan Samsiar. Lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia tahun 1970.
Sedikitnya lima penghargaan diraihnya selama berkarier sebagai polisi, antara lain Satyalancana Ksatria Tamtama, Satyalancana Kesetiaan, Satyalancana Karya Bhakti, Satyalancana Bhayangkara Nararya, dan Satyalancana Dwija Sista.
Setelah lulus dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Agus melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian. Jabatan pertama yang disandangnya setelah menjadi perwira ialah Kepala Seksi Intelijen Polres Aceh Timur, lalu naik menjadi Wakil Kepala Polres Aceh Barat.
Tak dirinci tahun-tahun Agus mengawali karier perwiranya itu, tetapi sebagian dihabiskannya bertugas di Aceh. Setelah bertugas di Aceh Timur dan Aceh Barat, dia menjadi Wakil Kepala Polres Sabang, Wakil Kepala Polres Lhokseumawe, lalu Kepala Satuan Intelijen Polres Banda Aceh.
Selepas bertugas di Aceh, Agus dipercaya memegang jabatan lebih mentereng, yaitu Kepala Sub Direktorat Intelijen Polda Jawa Timur. Tak lama kemudian dia menjadi Kepala Polres Blitar dan Wakil Kepala Polisi Wilayah Besuki.
Berturut-turut setelah itu dia diberi tugas lagi di bidang intelijen, antara lain Kepala Direktorat Intelijen Polda Riau, Kepala Direktorat Intelijen Polda Sulawesi Selatan, dan Kepala Direktorat Intelijen Polda Metropolitan Jakarta Raya. Dia kembali lagi ke Surabaya untuk menjadi Inspektur Polda Jawa Timur lalu purnawirawan atau pensiun setelah berdinas sebagai Wakil Kepala Polisi Daerah Sumatra Utara.
Teka-teki kematian
Agus Samad merasa betah di Jawa Timur dan memutuskan bermukim di Malang setelah pensiun sebagai polisi. Pada Sabtu, 24 Februari 2018, dia ditemukan meninggal dunia di dalam rumahnya Perumahan Bukit Dieng, Kelurahan Pisangcandi, Sukun, Kota Malang.
Kematiannya dianggap tak wajar karena ditemukan luka sayat pada tangan kanan dan kirinya. Juga luka gores di paha kanan belakang. Bercak-bercak darah korban tersebar di beberapa titik ruangan rumah. Kakinya saat ditemukan terikat tali rafia. Berdasarkan hasil autopsi, enam tulang rusuk kirinya patah.
"Posisi jatuh dan tulang rusuk yang patah belum bisa disimpulkan apakah ada yang mengangkat atau korban jalan sendiri. Ceceran darah ada, tapi alurnya bagaimana belum tahu, semua masih dianalisis dan didalami," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Kota Malang, Ajun Komisaris Polisi Ambuka Yudha Hardi Putra.
Jenazah Agus Samad sudah dimakamkan di pemakaman umum kelurahan setempat pada Minggu pagi. Namun hingga hari keempat, pada 27 Februari, polisi belum dapat mengungkap teka-teki kematian korban. Polisi bahkan berkali-kali mengolah tempat kejadian perkara dan memeriksa sejumlah saksi.
Semua hasil penyelidikan, bukti-bukti maupun keterangan saksi dan hasil autopsi, masih dianalisis dan belum dapat diungkap kepada publik. "Nanti biar kami yang pecahkan teka-teki itu. Ini adalah tantangan kami untuk mengungkap. Minta waktu sehari-dua hari semoga sudah ada keputusan," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Agung Yudha Wibowo. (mus)