Polri Waspadai Isu Teror Orang Gila dengan Kekacauan Tunisia
VIVA – Wakil Kepala Kepolisian RI Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin menegaskan, bahwa pihaknya akan mengusut tuntas teror bernuansa agama yang terjadi di sejumlah daerah beberapa hari terakhir ini.
Polisi tidak akan berhenti hanya pada penangkapan pelaku yang identik dengan orang gila. Dalangnya juga akan diusut.
"Jangan berhenti setelah menangkap terus pelakunya dibilang gila, tapi harus diusut dan ditangani secara terbuka sampai masyarakat mengerti secara rasional," kata Komjen Syafruddin saat silaturahim dengan ulama di Masjid Arif Nurul Huda Polda Jatim, Surabaya pada Rabu, 21 Februari 2018.
Wakapolri menjelaskan, rentetan peristiwa yang menyasar pemuka agama dan tempat ibadah lebih banyak hasil kelola isunya daripada kejadiannya. Dia memberi contoh di Jawa Barat. "Di Jawa Barat, dari informasi 13 kejadian (penyerangan), yang benar-benar terjadi hanya dua, lainnya hoax (informasi palsu)," ujarnya menerangkan.
Sekarang isu mudah dikelola. Peralatan teknologi informasi sudah canggih karenanya mudah dimainkan. Konflik tak berkesudahan di Timur Tengah, kata Syafruddin, juga diawali oleh isu yang dikelola. "Di Tunisia, negara kacau balau karena satu orang yang bakar diri di depan istana. Lalu isu dikelola, demo besar-besaran terjadi. Merambat kemana-mana dan kita mengenal itu dengan Arab Spring," ucapnya.
Indonesia, papar Syafruddin, besar dari banyak sisi. Jumlah penduduknya empat besar di dunia, jumlah umat Islam terbesar di dunia tetapi tetap mampu menjaga keberagaman, dan Indonesia penting secara ekonomi. "Indonesia bisa dikagumi oleh negara lain, tapi sebaliknya juga bisa dicemburui," ujarnya menambahkan.
Atas alasan itu, Syafruddin mengajak semua elemen masyarakat, khususnya para ulama, agar membantu pemerintah dan Polri untuk bersama-sama menjaga kondusifitas sosial. "Tidak ada alasan lain bagi kita untuk tidak memakmurkan negeri ini."
Selain Wakapolri, hadir dalam silaturahim ini Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Polisi Machfud Arifin; Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Miftachul Akhyar, dan sejumlah ulama dan habib serta Kepala Kepolisian Resor se- Jatim. (mus)