Suliono, dari Rencana Beli Senjata hingga Tenteng Pedang
- ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
VIVA – Luka tembak di tubuhnya memaksa Suliono masih meringkuk di rumah sakit. Tiga hari lalu, pria asal Banyuwangi ini nekat menenteng pedang lalu melukai lima orang di Gereja Santa Ludwina Sleman Yogyakarta.
Pemeriksaan polisi, pria berusia 22 tahun ini diduga kuat kecewa lantaran paspor imigrasinya untuk berangkat ke Suriah yang sejak lama diajukannya kembali ditolak di Yogyakarta.
"Terkendala dengan dokumentasi dia. Kalau tidak salah, dia KTP-nya atau apa yang kurang bisa diterima oleh Imigrasi," ujar Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto, Selasa, 13 Februari 2018.
Ya, Suliono bukan sekali mengajukan permohonan paspor ke Imigrasi. Di Magelang. Usai kuliah di Morowali Palu, Suliono sempat melanjutkan pendalaman agama di sebuah pondok pesantren.
Di situ, ia juga mengajukan permohonan paspor. Namun ditolak. Karena itulah, ia pun menuju ke Yogyakarta untuk mengajukan permohonan serupa.
Namun demikian, lagi-lagi ditolak. Karena itu, ia pun memutuskan mencari informasi di internet mengenai gereja-gereja di wilayah Yogyakarta dan sekaligus informasi untuk membeli senjata.
"Info yang kita terima Informasi seperti itu (mencari senjata dan gereja)" ujar Setyo.
Hingga sampai pada hari Minggu pagi. Suliono pun nekat menenteng pedang dan menyerang sejumlah orang di dalam Gereja St Ludwina, yang berada tidak jauh dari sebuah musala tempat dia menetap sementara waktu.
Lima orang bersimbah darah di tangan Suliono. Termasuk seorang pastur asal jerman yang sudah puluhan tahun menetap di Indonesia. Pria ini pun dilumpuhkan dengan timah panas oleh polisi.
Ulah Suliono pun menambah panas situasi yang kebetulan beberapa waktu ini memang muncul sejumlah aksi kekerasan beraroma keagamaan di sejumlah daerah.
Oleh Kepolisian, Suliono pun langsung dicap teroris. Jejaknya pernah berkaitan dengan organisasi beraliran keras, mempertegas nasibnya.