Penganiayaan Ulama di Bandung Diprovokasi seolah Ulah PKI
- ANTARA FOTO/Agus Bebeng
VIVA – Gerakan Pemuda Ansor menengarai ada kelompok yang berupaya memperkeruh situasi Jawa Barat menjelang Pemilihan Gubernur. Belakangan mulai diembuskan isu bahwa kasus penganiayaan dua ulama di Bandung adalah ulah atau tanda-tanda kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Setelah ditelusuri, isu kebangkitan PKI itu ternyata bohong belaka. Namun provokasi yang sebagian besar melalui media sosial itu dikhawatirkan telanjur dipercaya masyarakat sehingga membuat suasana tegang dan saling mencurigai.
"Pentingnya tabayun, di internal kami (organisasi GP Ansor), jika beredar informasi yang belum bisa dipertanggungjawabkan di media sosial namun belum diangkat oleh media mainstream, berarti itu hoax; berita bohong," kata Ketua GP Ansor Jawa Barat, Deni Ahmad Haidar, dalam sebuah forum diskusi tentang Pilkada Jawa Barat 2018 di Bandung pada Selasa, 13 Februari 2018.
Menurut Deni, serahkan saja kasus penganiayaan itu kepada polisi; biarkan aparat yang mengungkap motifnya dan tak perlu dikait-kaitkan dengan isu lain yang tak relevan sehingga mengganggu kondusivitas Jawa Barat menjelang pilkada.
Persaingan ketat antarkandidat, katanya, hal wajar dalam politik. Namun sejauh ini kompetisi itu masih dalam tahap yang sehat dan tak ada yang mengkhawatirkan. "Bagi kami di Ansor, di sini (Jawa Barat) situasinya normal sekali," ujarnya.
Peristiwa pertama penganiayaan menimpa KH Umar Basri alias Ceng Emon (60 tahun), pemimpin Pesantren Al Hidayah di Cicalengka, Kabupaten Bandung, pada 27 Januari. Sehari kemudian, polisi menangkap tersangka pelakunya, Asep (50 tahun), yang belakangan dinyatakan mengalami gangguan jiwa.
Peristiwa kedua dialami R Prawoto alias Uztaz Prawoto Komandan Brigadir Persatuan Islam (Persis). Korban meninggal dunia setelah dipukul dengan potongan pipa besi oleh seorang tak dikenal di Kelurahan Cigondewah Kidul, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, pada 1 Februari.
Polisi segera menangkap tersangka pelakunya yang diketahui Asep Maptuh (45 tahun). Belakangan, Asep Maptuh diduga mengalami gangguan jiwa, meski sejumlah tetangganya menyatakan bahwa tersangka tidak gila. Tetapi polisi segera mengirimkan Asep ke Rumah Sakit Jiwa di Cisarua, Bogor. (ren)