Kisah Pemuda 'Nyelonong' Naik Pesawat Sampai Mekah Modal KTP
- ANTARA/Andika Betha
VIVA – Pemuda itu dipergoki pramugari duduk di kursi paling belakang pesawat, bersama ratusan jemaah haji asal Indonesia. Sesampai di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi, dia dikembalikan lagi ke Tanah Air.
Karena ternyata Dia merupakan jemaah haji gelap. Dua tahun kemudian dia benar-benar naik haji. Kisah haji itu dikenal Kaji Nunut.
Kisah Kaji Nunut terjadi pada musim haji tahun 1992. Kala itu, seorang pemuda kampung asal Sumobito, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, bernama Choirun Nasichin, sudah tak sabar untuk naik, walaupun tidak punya uang untuk ongkos dan biaya hidup.
Bahkan, Choirun juga tidak tak prosedur agar seseorang bisa bertolak ke Mekah. Dia tidak tahu tentang paspor dan dokumen perjalanan lain yang diperlukan.
Ketika itu Choirun, masih 30 tahun, dan masih bujangan. Bermodal tekad kuat dan doa, dia pamit kepada ibunya untuk berangkat haji. Jangan tanya paspor, ia hanya membawa kartu tanda penduduk dan uang yang sangat sedikit.
"Waktu itu dari Jombang saya bawa uang lima puluh lima ribu kurang lima puluh rupiah," katanya bercerita kepada VIVA di Surabaya, Jawa Timur, baru-baru ini.
FOTO: Choirudin saat bertemu diwawancarai.
Sampai di Bandara Internasional Juanda, dia langsung masuk nyelonong saja berbaur dengan rombongan jemaah haji yang lain. Memang waktu itu penjagaan di bandara tidak begitu ketat.
Sampai di dalam pesawat, dia berjalan menuju bagian depan. "Saya mikirnya nggandol kayak truk. Kadang kan kalau nggandol truk di depan," ujarnya.
Tentu saja dia tak menemukan pintu terbuka. Kursi bagian depan dan tengah juga penuh dengan penumpang jemaah haji. Ia terus berjalan ke belakang, kebetulan satu deret kursi empat penumpang kosong di bagian ekor belakang pesawat. "Di situ saya duduk sendirian," kata Choirun.
Ia baru ketahuan sebagai penumpang gelap menjelang pesawat transit untuk mengisi bahan bakar di Colombo.
"Saya ditanya paspor, saya bilang cuma bawa KTP. Tiket juga tidak ada. Pramugari dan pramugaranya diam saja. Sampai di Jeddah, saya diperiksa di bandara," kata Choirun.
Beberapa jam kemudian dia dikembalikan ke Tanah Air dan Choirun gagal melaksanakan ibadah haji. Ia juga diperkarakan secara hukum.
Nah, cerita itu rupanya didengar oleh bos media, Dahlan Iskan. Choirun jadi berita. Tahun 1994, dia benar-benar naik haji atas bantuan. "Saya diberangkatkan Pak Dahlan," ucapnya.
Sejak itulah Choirun dikenal dengan panggilan Kaji Nunut. Kaji artinya haji, Nunut artinya menumpang gratis. Setelah tahun 1994, dia bolak-balik ke Tanah Suci diajak dermawan umrah. "Sama haji besar (ibadah haji) sudah enam kali saya ke Mekah," ujar Kaji Nunut