Cantiknya Pramugari Berhijab di Aceh
- VIVA/Dani Randi
VIVA – Seorang pramugari pada salah satu maskapai penerbangan merasa tak keberatan diwajibkan mengenakan hijab untuk penerbangan dari dan menuju Aceh.
Tia Khairunnisa, contohnya. Pramugari maskapai Citilink itu justru mengaku merasa lebih nyaman menggunakan hijab saat bertugas sebagai pelayan penumpang pesawat. Ia juga tidak keberatan atas pemberlakuan wajib hijab bagi pramugari yang ke Aceh.
Karena Aceh menerapkan syariat Islam, ia dan pramugari lain juga menghormati ketentuan yang berlaku di sana. “Enggak keberatan, sih. Jadi kita lebih nyaman aja gitu kalau pakai hijab gini,” kata Tia kepada wartawan di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Aceh, pada Rabu, 31 Januari 2018.
Sudah tiga bulan ia dan pramugari lain Citilink mengenakan hijab. Kebijakan yang diterapkan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar itu berdampak baik kepadanya, seperti respons penumpang menjadi lebih bagus.
“Kalau misalnya masuk ada salam Assalamualaikum gitu, jadi lebih nyaman. Penumpang pastinya lebih ramah, menghormati, dan kita dihargai,” ujarnya.
Berbeda jika sewaktu dia tidak menggunakan hijab. Ia merasa tak nyaman terutama kalau mengenakan busana yang sedikit saja lebih terbuka.
Penggunaan hijab itu berlaku untuk penerbangan ke Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda dan sebaliknya. Pemerintah Kabupaten Aceh Besar menerbitkan imbauan agar semua pramugari di Bandara itu menggunakan hijab.
Kebijakan itu sekaligus untuk sosialisasi pelaksanaan syariat Islam di Aceh, khususnya di Aceh Besar. Kini baru ada dua maskapai yang pramugarinya menggunakan hijab, yaitu Citilink dan Batik Air.
Manajemen Garuda Indonesia berkomitmen menerapkan kebijakan wajib berhijab untuk pramugarinya mulai 1 Februari 2018. “Pramugari kita mulai menggunakan hijab mulai awal Februari ini, kita tetap mengikuti peraturan di sini (Aceh Besar),” kata General Manager Garuda Indonesia Aceh, Sugiono. (ase)