Kronologi 'Perawat Suntik Mayat' Versi RS Siti Khodijah
- Pixabay/Geralt
VIVA – Rumah Sakit Siti Khodijah Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, bereaksi atas beredarnya video 'perawat suntik mayat' yang diduga disebar oleh keluarga pasien berinisial S (67 tahun) yang meninggal saat dirawat. Pihak rumah sakit menyebut, apa yang terjadi bukan seperti dalam video.
"Video (perawat suntik mayat) yang tersebar di media sosial saat ini itu hoax, alias bohong dan kami mengetahui motif penyebarannya dilakukan secara sistematif dan masif," kata kuasa hukum RS Siti Khodijah, Masbuhin, saat dihubungi VIVA pada Selasa 30 Januari 2018.
Dia mengaku telah mengantongi nama yang sengaja menyebar video itu ke medsos, tetapi enggan menyebutkan. Pihak rumah sakit berencana memperkarakan si penyebar dengan Undang-undang ITE. "Kami akan menuntut," ucap Masbuhin.
Versi Masbuhin, pasien S ditangani di RS Siti Khodijah pada 21 Desember 2017 lalu, karena menderita stroke. Dokter yang menangani bernama dr Hamdan, spesialis saraf. "Saya jelaskan langsung pada waktu sesuai dalam video itu," kata dia.
Sekira pukul 22.00 WIB, lanjut Masbuhin, perawat membangunkan pasien yang tidur, karena akan diberikan injeksi Vomceran dan OMZ. Sebelum diinjeksi, denyut nadi, pernapasan, dan tensi darah pasien diperiksa. "Saat itu pasien normal, napas teratur, dan denyut nadi kuat," ujarnya.
Dokter Hamdan datang 20 menit kemudian. Hasil pemeriksaan dokter, nadi pasien berdenyut 74 kali per menit. "Bahkan, ketika Dokter Hamdan memeriksa, pasien masih hidup dan keluarga pasien mengetahui itu. Lalu, pada jam 22.35, Dokter Hamdan meninggalkan pasien untuk melakukan visit pasien lain," kata Masbuhin.
Pada pukul 22.45, keluarga menghubungi perawat agar pasien diperiksa. Saat diperiksa, tensi darah pasien tidak teratur, nadinya tidak teraba. Perawat lantas menghubungi Dokter Hamdan. "Dokter Hamdan melakukan pikat jantung, tetapi tidak mampu menyelamatkan jiwa pasien," katanya.
Ditunggu sampai pukul 23.00 WIB, pasien juga belum merespons. Dokter lalu menyimpulkan bahwa pasien tersebut meninggal, karena serangan jantung. "Dari kronologi itu jelas, apa benar kompetensi perawat dan dokter kami separah itu, tidak bisa bedakan antara orang hidup atau mati," kata Masbuhin.
Dia mengira, keluarga pasien kecewa dan nekat menyebar video itu tidak sabar menunggu. "Karena, memang jumlah antara pasien yang masuk dengan tenaga medis yang ada tidak seimbang. Sementara, visit yang harus dilakukan oleh dokter spesialis kepada pasien harus bergantian," ujar Masbuhin.
Sebelumnya, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jatim, Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera, mengaku tengah menyelidiki kasus itu. Tetapi, pihak rumah sakit mengaku hingga kini belum menerima surat panggilan dari Kepolisian. "Belum ada laporan," kata Masbuhin.