Makam Ulama Aceh di Malaysia Raib dari Muka Bumi
VIVA – Makam dua ulama besar asal Aceh, yang berada di Kuala Lumpur, Malaysia, raib dari muka bumi. Dikabarkan makam itu hilang karena dirusak dan ditimbun karena lokasi makam akan dibuat bangunan.
Menurut Ketua Peubeudoh Ada dan Budaya Aceh atau Peusaba, Mawardi Usman, dua makam itu merupakan tempat jenazah Syekh Abu Bakar dan Syekh Sayed Mukmin Mukhtar Ali, dikebumikan.
Makam kedua ulama itu kini tak ada lagi di lokasi pemakaman itu, di lahan pemakaman kini hanya ada tumpukan puing-puing bangunan dan sampah. Padahal, pelang nama makam masih terpasang di pintu masuk area pekuburan.
"Bagi kita dan dunia Melayu ini adalah kehilangan besar, apalagi makam sudah ditimbun untuk membuat bangunan," kata Mawardi pada VIVA saat dihubungi melalui telepon, Jumat, 26 Januari 2018.
Mawardi menceritakan, nama Syekh Abu Bakar dan Syekh Sayed Mukmin Mukhtar Ali tercatat dalam sejarah Islam di Melayu, sebagai ulama yang ratusan tahun lalu menyebarkan ajaran Islam di Negeri Jiran.
Makam kedua ulama itu berada di wilayah Pinang, Kuala Lumpur dan dikenal dengan makam keramat Pinang Tunggal. "Ini mengejutkan sebab Malaysia terkenal menjaga situs dengan baik," ujarnya.
Mawari mendesak pemerintah Malaysia, untuk melindungi situs sejarah peradaban Islam. Sebab setiap sejarah Islam di Asia Tenggara saling berhubungan dengan baik pada masa lalu. Dan Islam dikembangkan dengan persaudaraan atas Islam yang Rahmatal Lil Alamin.
Ia khawatir raibnya kedua makam ulama ini, juga akan menghilangkan bukti sejarah Islam di Asia Tenggara, baik itu manuskrip, bangunan, pusaka , nisan raja, ulama, serta nisan rakyat masa lalu yang bisa berdampak pada sirnanya sejarah Islam di Asia Tenggara.
Peusaba melihat, banyak faktor kehilangan khazanah lama tersebut. Maka, Mawardi mengingatkan semua pihak harus serius menjaga peninggalan lama Islam di Asia Tenggara.
Kata dia, Dunia melayu memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di kawasan timur. Ia berpendapat, sangat disayangkan kalau banyak bukti sejarah hilang.
"Jika sejarah Islam melayu hilang, maka melayu juga dapat mengalami perubahan signifikan," kata Mawardi.