Eks Pekerja Prostitusi: Munafik kalau Cuma Alexis Ditutup
- www.tripadvisor.com
VIVA – Seorang pria mantan pelaku bisnis prostitusi bernama Robbie Abbas blakblakan tentang aktivitas dunia malam di Hotel Alexis, yang belakangan izin usahanya tidak diperpanjang lagi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Robbie awalnya ragu-ragu mengungkap aktivitas hiburan di Alexis, mengaku hanya tahu tempat itu memang hotel, di dalamnya ada lokasi-lokasi hiburan semacam kelab malam, karaoke, dan spa.
“Kalau (aktivitas bisnis) prostitusi, sedengar saya, ada,” katanya, mulai menyingkap informasi yang diketahuinya, dalam perbincangan dengan tvOne saat program Apa Kabar Indonesia Pagi pada Selasa, 31 Oktober 2017.
Pria yang pernah ditangkap polisi karena kasus prostitusi itu menyebut tempat-tempat hiburan di hotel itu mulai lantai dua sampai lantai delapan. Dia tak mengatakan dengan lugas tempat-tempat hiburan itu sekaligus memfasilitasi prostitusi, melainkan hanya menyebut di antaranya kelab malam, karaoke, dan spa.
Tetapi, kata Robbie, sebagian besar pekerjanya memang perempuan, tak hanya lokal, juga luar negeri. “(pekerja lokal) Rata-rata dari Jawa Barat. Dari luar ada, aku pernah lihat, impor, dari Uzbek (Uzbekistan),” ujarnya.
Mereka rata-rata bekerja sebagai pemandu lagu karaoke, dancer (penari), ladies club (wanita pekerja di kelab malam), dan lain-lain. Robbie bahkan berterus terang pernah memfasilitasi beberapa perempuan yang ingin bekerja di sana.
Pelanggannya bervariasi, mulai kalangan yang cukup dikenal publik sampai kalangan biasa. Namun satu hal yang pasti, Robbie menekankan, “Kalau ada yang ke Alexis, pasti orang yang punya duit.”
Robbie menolak berkomentar tentang kebijakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang tak memperpanjang izin usaha tempat-tempat hiburan di Hotel Alexis. Dia hanya mengingatkan bahwa tak adil jika hanya Alexis ditutup, sementara tempat-tempat serupa dibiarkan atau tetap diizinkan beroperasi.
“Munafik kalau Alexis ditutup tapi yang lain enggak. Kita tidak menutup mata, banyak yang lain,” katanya.
Dia juga mengingatkan tidak sedikit orang yang kehilangan pekerjaan kala tempat hiburan itu ditutup, padahal tak semua terlibat dalam bisnis prostitusi. Tak semua juga di antara pekerja, ladies club atau pemandu karaoke, yang sekaligus berpraktik memberikan pelayanan seks komersial. (one)