Tanda dan Sifat Tornado Kecil yang Muncul di Pulau Seribu

Fenomena tiga pusarana di Kepulauan Seribu, Jakarta.
Sumber :
  • BNPB

VIVA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memastikan fenomena tiga pusaran angin yang muncul secara bersamaan di sekitar perairan Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, merupakan fenomena alam yang biasa disebut tornado berskala kecil atau puting beliung.

Menurut BMKG, fenomena alam ini merupakan sesuatu yang alamiah. Meskipun tidak terjadi setiap saat.

Kepala Bagian Humas BMKG, Hary T Djatmiko dalam siaran tertulisnya, Senin, 23 Oktober 2017, menjelaskan, fenomena yang dalam bahasa Jawa disebut leysus, biasanya muncul dengan tanda-tanda alam yang bisa seperti berikut ini:

Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT lebih besar dari 4.5°C, disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb atau lebih besar dari  65 persen.

Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis-lapis), di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.

"Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cumulonimbus alias Cb," kata Hary dalam keterangan tertulisnya.

Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita. Jika satu sampai tiga hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi atau pancaroba alias penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak. 

Sementara, Hary menuturkan, angin puting beliung bersifat lokal dengan luasan berkisar antara lima sampai 10 kilometer.

Kemunculannya pun tak akan lama, hanya kurang dari 10 menit. Bergerak secara lurus, tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 30 menit sampai 1 jam sebelum kejadian, jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan hanya di bawah 50 persen. "Kemungkinan kecil untuk terjadi di tempat yang sama," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta menginformasikan, tiga pusaran angin di Pulau Seribu muncul pada pukul 09.00 WIB, Senin, 23 Oktober 2017.

Angin muncul di perairan sekitar Pulau Opak dan di belakang Pulau Kaliage, dua pulau yang diketahui tidak berpenghuni. Kedua pulau ini berada di wilayah administrasi Kelurahan Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Dari foto yang beredar di media sosial, terlihat jelas pusaran angin menjulang tinggi dan menarik air yang berada di sekitar aktivitasnya. BPBD DKI menyebut peristiwa ini sebagai fenomena angin puting beliung dan tidak ada korban jiwa terdampak fenomena alam ini.

Ketiga pusaran angin itu muncul secara bersamaan dan sempat diabadikan warga yang sedang beraktivitas di sekitar perairan utara Jawa.

Baca: Tiga Pusaran Angin di Pulau Seribu Itu Tornado Kecil

Lihat video berikut:

Bupati Kepulauan Seribu Junaedi Meninggal Dunia


 

Lombok Diterjang Puting Beliung, Puluhan Rumah Rusak dan Satu Anak Luka
Rumah Warga Desa Tambong Wetan Klaten Rusak Diterjang Angin Puting Beliung.

Ratusan Rumah di Klaten Rusak Diterjang Puting Beliung

Ratusan Rumah Warga Desa Tambong Wetan, Klaten, Jawa Tengah, Rusak Disapu Angin Puting Beliung.

img_title
VIVA.co.id
19 November 2024