Wajah Semanggi Dulu dan Kini
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA.co.id – Simpang Susun Semanggi berdiri kokoh di kawasan Semanggi, Jakarta. Proyek jalan layang dengan panjang sekitar 1,6 kilometer itu mulai diuji coba pada Jumat, 28 Juli 2017 malam.
Uji coba dilakukan untuk mengetahui perilaku pengendara lebih awal. "Kedua untuk memastikan Simpang Susun Semanggi sudah betul-betul aman, fasilitas tersedia, sambil open traffic tetap dilakukan perbaikan dan penyempurnaan sana sini," ujar Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, di Balai Kota Jakarta, Jumat, 28 Juli 2017.
Tak hanya itu. Simpang Susun Semanggi juga bisa digunakan karena sudah lulus uji Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Hal itu diketahui berdasarkan pernyataan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. "Tapi saya tidak tahu kapan sertifikatnya diberikan tapi alangkah baiknya kalau sertifikat itu ketika grand launching diberikannya," ujar Djarot.
Simpang Susun Semanggi
Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan meresmikan Simpang Susun Semanggi pada 17 Agustus 2017. Adalah Basuki Tjahaja Purnama, mantan gubernur DKI Jakarta yang menggagas pembangunan simpang susun itu.
Ahok, sapaan Basuki, yakin proyek simpang susun Semanggi dapat mengurangi kemacetan Jakarta hingga 30 persen. Dia menganggap proyek ini dapat menjadi ikon baru kota Jakarta setelah Monumen Nasional (Monas).
"(Kendaraan) dari Cawang, (langsung masuk jalan) layang. Masuk dari Grogol juga ke jalan layang langsung masuk tol. Kita mengurangi 30 persen (kemacetan)," kata Ahok di Balai Kota, Jumat, 28 April 2017.
Suara berbeda datang dari pengamat bidang perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Yoga. Dia menilai, beroperasinya Semanggi Interchange atau Simpang Susun Semanggi tak serta merta mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
Menurut dia, mestinya pemerintah daerah fokus membangun infrastruktur yang lebih pasti. Penerapan Electronic Road Pricing (ERP) dan mengoptimalkan sistem transportasi berbasis Bus Rapid Transit (BRT) harus segera dikebut.
Bila kedua layanan itu sudah terealisasi, pemerintah dapat memaksa masyarakat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi publik. "Harus dibarengi dengan perbaikan moda transportasi yang aman, nyaman, dan terintegrasi, sehingga pembangunan jalan simpang susun Semanggi dapat efektif urai kemacetan," ujar Nirwono, Jumat, 28 April 2017.
Tahap pembangunan Simpang Susun Semanggi
Proyek Simpang Susun Semanggi dibangun tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta. Biaya pembangunan proyek itu dari kompensasi atas pelampauan nilai koefisien lantai bangunan yang diperoleh dari pihak swasta. Proyek dibangun dengan dana Rp360 miliar dari perusahaan pengembang.
Peletakkan batu pertama proyek tersebut dilakukan pada Jumat, 8 April 2016. PT Wijaya Karya Tbk ditunjuk sebagai pemenang tender untuk membangun jalan layang tersebut. Dua ramp (jalan) itu masing-masing memiliki panjang 796 meter dan 826 meter.
Simpang Susun Semanggi merupakan pengembangan dari Jembatan Semanggi yang telah ada. Jembatan berbentuk seperti daun Semanggi itu berdiri kokoh di antara Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Gatot Subroto, Jakarta.
Sebelum dibangun Simpang Susun Semanggi
Seperti dilansir jakarta.go.id (berdasarkan data dari pustaka.pu.go.id 2014), jembatan itu dibangun pada 1961. Jembatan dengan panjang 1.509 meter tersebut dibangun atas usulan Ir. Soetami sebagai Menteri Pekerjaan Umum di era Presiden Soekarno.
Pembangunan terkait dengan rencana Jakarta yang menjadi tuan rumah acara Asian Games IV. Sebab, adanya even olahraga se-Asia itu dinilai berpotensi menimbulkan kemacetan sehingga perlu membangun sebuah jembatan layang yang kemudian dikenal sebagai Jembatan Semanggi.
Jembatan tersebut berpola daun semanggi. Jembatan memiliki konstruksi perlintasan tidak sebidang yang menghubungkan empat arah perlintasan jalan, baik dari arah timur, barat, utara dan selatan.